Rabu, 31 Maret 2010

फुन्ग्सी produksi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional, karena ternyata sektor pertanian lebih tahan menghadapi krisis ekonomi dibandingkan dengan sektor lainnya. Selain itu sektor pertanian berperan dalam mencukupi kebutuhan penduduk, meningkatkan pendapatan petani, penyediaan bahan baku industri, memberi peluang usaha serta kesempatan kerja, dan menunjang ketahanan pangan nasional.
Keberhasilan suatu usahatani antara lain dapat diukur dari tingkat pendapatan yang diperoleh. Pendapatan atau keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan (Mubyarto, 1989). Besarnya pendapatan yang diterima merupakan balas jasa untuk tenaga kerja keluarga dan modal yang dipakai dan pengelolaan dalam kegiatan usahatani.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud teori produksi dan fungsi produksi dalam usahatani
2. Untuk mengetahui efisiensi dari alokasi faktor-faktor produksi
3. Dapat menganalisis secara deskriptif dari contoh data produksi suatu usahatani.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TEORI PRODUKSI
Produksi merupakan suatu kegiatan memproses input (faktor produksi) yang di ubah menjadi suatu output. Pada setiap melakukan kegiatan produksi, para produsen mempunyai landasan teknis. Landasan teknis tersebut yang didalam teori ekonomi disebut sebagai fungsi produksi. Fungsi Produksi suatu persamaan yang menunjukan hubungan ketergantungan (fungsional) antara tingkat input yang digunakan dalam proses produksi dengan tingkat output yang dihasilkan. Fungsi produksi secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
Q = f (K, L, R, T)

Keterangan
Q : jumlah output (hasil produksi)
K : modal (kapital)
L : tenaga kerja (labor)
R : kekayaan akan (raw material)
T : teknologi
1. Produksi Dengan Satu Input Variabel
Teori produksi yang sederhana menggambarkan hubungan antara tingkat output yang dihasilkan dengan jumlah tenaga kerja (labor) yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Dalam analisis produksi dengan satu input variabel diasumsikan bahwa semua faktor produksi selain tenaga kerja (L) dianggap tetap. Sehingga fungsi produksi dengan satu input variabel : Q = f (L).Fungsi Produksi dengan Satu Input Variabel Tunduk pada “Law of Diminishing Return” yang menyatakan : bila satu macam input (labor) penggunaannya terus ditambah sebanyak satu unit, sedangkan input-input yang lain konstan, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya. Tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan tersebut semakin menurun dan akhirnya mencapai nilai negatif. Keadaan ini akan menyebabkan produksi total semakin lambat pertambahannya, akhirnya ia mencapai tingkat maksimum dan kemudian menurun.
MPP (Marginal Phisical Product) adalah tambahan output yang dihasilkan sebagai akibat penambahan 1 input.
MPP= ΔQ/ ΔX
ΔQ = tambahan output
ΔX = tambahan input

Marginal Physical Product disebut juga The Law Dimishing Marginal Physical Product. Kurva Total Phisical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total pada berbagai tingkat penggunaan input variabel. Kurva Marginal Phisical Product adalah kurva yang menunjukkan tambahan dari Total Phisical Product yang disebabkan oleh tambahan 1 unit input variabel.
MPPx = - TPP/ ΔQ = - ΔQ/Δx = - df (x)/ dx
APP = TPP/x = Q / x = f (x) / x
Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per unit input variabel pada berbagai tingkat input variabel.
Tabel 1. Dibawah ini menunjukan sistem produksi dengan satu input variabel dimana dimisalkan Y input faktor produksi modal (kapital) dan X merupakan input faktor produksi variabel tenaga kerja. Dalam Tabel 1. Dimisalkan perusahaan berproduksi dengan menggunakan sejumlah modal(Y) tertentu misalnya Y = 2 (artinya Y konstan), dan input variabel tenaga kerja/labor X.



Tabel 1. Total Product, Average Product, dan Margina Product dari Faktor Produksi X, jika Y = 2 (konstan)
Kuantitas
Input Labor
(X) Total Product
Dari Input X
(Q)* Marginal Product
Dari Input X
(MPx) Average Product
Dari Input X
(APx)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 15
31
48
59
68
72
73
72
70
67 15
16
17
11
9
4
1
-1
-2
-3 15
15,5
16
14,7
13,6
12,0
10,4
9
7,8
6,7
1) Marginal Product (MP) of labor (MPL) : extra output perunit change in labor used, MP¬L = DTP/DL.
2) Average Produck (AP) of labor (APL) = total product divede by the quantity of labor used. APL¬¬¬ = TP/L¬¬¬¬.
Hubungan antara Total Product (TP), Marginal Product (MP) dan Average Product (AP) dapat digambarkan secara grafik seperti pada gambar 1 berikut ini :










Gambar 1. Kurva Total Product dan Marginal Product

















Fungsi produksi dengan satu input variabel (misal : tenaga kerja) tunduk pada hukum “the law of deminishing return” yang menyatakan : Bila suatu macam input penggunaannya terus ditambah sebanyak 1 unit, sedangkan input yang lain konstan, pada mulanya Total Product(TP) akan semakin besar pertambahannya. Tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu “produksi tambahan” semakin menurun hingga mencapai nol, dan ini menyebabkn total product semakin lambat pertambahannya dan akhirnya ia (TP) mencapai tingkat maksimum. Bila penambahan input terus dilanjutkan, maka MP-nya akan menjadi negatif dan TP-nya.
2. Teori Produksi Dengan Dua Input Variabel
Dua faktor produksi yang dianggap variabel atau dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja (L) dan modal (K). Dalam teori produksi diasumsikan juga, bahwa antara tenaga kerja dan modal dapat dipertukarkan penggunaannya satu sama lain. Modal dapat menggantikan tenaga kerja oleh tenaga kerja dapat menggantikan modal.
Jika upah tenaga kerja dan pembayaran per unit terhadap penggunaan modal diketahui, maka bagaimana caranya perusahaan meminimumkan biaya dalam usahanya untuk menghasilkan output pada suatu tingkat tertentu dapat diketahui. Disamping itu, dengan sejumlah biaya tertentu bagaimana caranya perusahaan memaksimalkan output juga dilaksanakan. Sedangkan alat analisis yang digunakan untuk memenuhi maksud tersebut adalah dengan menggunakan “kurva isokuan” dan “garis isokos”.
Karakteristik Kurva Isokuan
1. Cembung kearah titik origin
2. Didaerah yang relevan mempunyai slope (berlereng) negatif.
3. Antara kurva isokuan yang satu dengan yang lain tidak pernah berpotongan







Garis Batas Substitusi (Ridge Line of Substitution)

Kurva isokuan itu, menunjukan suatu tingkat ouput tertentu makin tinggi kurva isokuan menunjukan tingkat output yang makin besar pula. Sedangkan berbagai kumpulan (himpunan) kurva isokuan yang mungkin dapat dicapai oleh produsen disebut “peta kurva isokuan” (isoquant curve map).
Apabila dicari semua kemungkinan penggunaan faktor produksi pada isokuan, maka bentuk isokuan tidak akan asimtotis terhadap sumbu L (tenaga kerja) dan sumbu K (modal). Hal ini karena kemampuan suatu faktor produksi untuk menggantikan faktor produksi yang lain, agar tetap menghasilkan tingkat produksi yang sama adalah terbatas. Keterbatasan ini dikarenakan produktivitas faktor-faktor produksi juga terbatas.
Produk marginal (MP) akan sama dengan “nol” bila penggunaan faktor produksinya terlampau besar, sedangkan faktor produksi lain yang mendukungnya tidak berubah atau terlalu sedikit. Apabila titik ini dicapai, maka MRTS. LK=0, selewatnya dari titik ini pada “isokuan” tidak mungkin terjadi “substitusi”.
Apabila titik ini ditemukan pada semua isokuan atau isokuan map dalam ruang faktor produksi atau relevant range (yaitu daerah yang memungkinkan bagi produsen untuk berproduksi dengan kombinasi dua input dibeberapa tingkat isokuan) dan kemudian dihubungkna satu dengan yang lain, maka akan diperoleh “garis batas substitusi”.
Pada titik A, B, C slope (lereng) dari isokuan-isokuan tersebut adalah tidak terhingga (~). Pada titik-titik tersebut penggunaan modal (K) relatif terlalu banyak terhadap tenaga kerja, sehingga “produk marginal” dari modal (K) adalah nol. Karena “slope isokuan”=MPL/MPK, maka slope isokuan yang diperoleh adalah tidak terbatas (~). Dalam keadaan yang dimiliki ini, apabila kuantitas modal (K) terus bertambah “produk marginal”-nya akan menjadi negatif, dan volume produksi (TP)-nya menjadi (justru) menuru. Sehingga lewat batas tersebut tidak relevant lagi untuk melakukan kegiatan produksi, dan daerah (space) diluar kedua garis batas substitusi disebut Irrelevant Range.
Pada titik-titik D,E,F, penggunaan tenaga kerja (L) relatif terlalu banyak terhadap modal (K), sehingga “produk marginal” dari tenaga kerja (L) sama dengan Nol. Maka “slope isokuan” pada titik tersebut sama dengan nol (0/MPK=0) atau MRTSLK pada titik tersebut atau sama dengan nol.
• Marginal Rate of Technical Substition, MRTS (Daya Substitusi Teknis Marginal, DSTM)MRTSLK : menunjukan jumlah input modal (K) yang harus dikorbankan oleh produsen untuk memperoleh tambahan 1 unit input tenaga kerja (L), agar tetap berada pada isokuan yang sama (untuk mempertahankan tingkat output yang sama). MRTSLK itu menunjukan slope/nilai kemiringan dari kurva isokuan, sehingga MRTS LK = - MPL / MPK = (dQ/dL)/(dQ/dK) = -dQ/dL x dK/dQ = - dK/dL.

• Isokos (Isocost)
Isokos : menunjukan berbagai kombinasi (gabungan) input faktor tenaga kerja (L) dan input modal (K) yang dapat dibeli dengan sejumlah anggaran (pengeluaran) tertentu. Sehingga persamaan garis isokos : C = wL + rK
Dimana :
C = total cost untuk memperoleh sejumlah K dan L tertentu.
L = jumlah input tenaga kerja (unit)
w = tingkat upah (wage) per unit tenaga kerja
r = biaya penggunaan modal per unit

2.2 FUNGSI PRODUKSI
Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara masukan produksi (input) yang dikorbankan dengan jumlah maksimum output yang dihasilkan. Analisis fungsi produksi sering dilakukan oleh para peneliti, karena mereka menginginkan informasi bagaimana sumberdaya yang terbatas seperti tanah, tenaga kerja, modal dapat dikelola dengan baik agar memperoleh produksi yang maksimum.
Boediono (1980) menyatakan bahwa setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukan hubungan teknis antara jumlah faktor produksi yang digunakan dengan jumlah hasil produksi yang dihasilkan per satuan waktu. Secara matematis fungsi produksi digambarkan sebagai Y = f ( X1 . X2 . X3 …. Xn ), dimana Y adalah produksi dan Xi adalah faktor produksi.
Dalam praktek, penggunaan input masih sangat dipengaruhi oleh faktor lain
Diluar control manusia, misalnya serangan hama-penyakit dan iklim. Oleh karena itu, dalam fungsi produksi dikenal istilah faktor ketidaktentuan ( uncertainity ) dan resiko (risk). Besarnya tingkat ketidaktentuan ini akan mempengaruhi besarnya resiko yang dihadapi. Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi dituliskan sebagai berikut:
Y = f ( x1. x2…………xn )
Y = hasil produksi fisik
x1………..xn = faktor-faktor produksi
Dalam produksi pertanian misalnya padi, maka produksi fisik yang dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus (tanah, modal dan tenaga kerja).
Produksi fisik y





0 x Faktor produksi tanah
a. Fungsi Kuadratik
Secara teoritis bentuk fungsi produksi yang paling menarik mungkin fungsi pangkat tiga (kubik), seperti yang ditunjukkan pada persamaan berikut ini.

Q = a + bXY + cX2Y + dXY2 - e X3Y – fXY3
Bentuk persamaan ini, sperti dilukiskan gambar dibawah ini menunjukkan tahap-tahap dimana mula-mula terjadi keadaan increasing return to scale dan kemudian decreasing returns to scale. Demikian juga MP dari input juga menunjukkan pola tersebut dimana mula-mula terjadi keadaan increasing return to scale dan kemudian decreasing returns to scale.

Q Q

Y



X.Y


Q


Dengan jumlah observasi input/output yang cukup apakah selama beberapa priode tertentu untuk sebuah perusahaan ( data time series ) atau pada satu periode ( data cross section ) dalam suatu industri teknik-teknik regresi bisa digunakan untuk menaksir parameter fungsi produksi tersebut. Namun demikian, seringkali dat observasi yang kita miliki tidak menunjukkan adanya penyebaran yang memadai untuk menunjukkan kisaran increasing return to scale and decreasing return to scale itu secara penuh.

b. Fungsi Cobb-Douglas
Salah satu fungsi yang paling sering digunakan adalah fungsi pangkat (power function). Fungsi pankat ini menunjukkan suatu hubungan yang multiplikatif antara berbagai input dan mempunyai bentuk sebagai berikut :
Q = aXbYc
Fungsi pangkat ini disebut juga dengan fungsi Cobb-Douglas yang merupakan suatu fungsi yang mempunyai 2 variabel atau lebih, variabel pertama disebut variabel dependen (X) dan variabel yang lain disebut variabel independen (Y).
Fungsi ini memiliki beberapa manfaat untuk penelitian empiris yaitu :
• Fungsi tersebut memungkinkan kita untuk mengetahui produktivitas marginal dari input tertentu yang tergantung pada tingkat penggunaan semua input.
• Fungsi tersebut bisa dilinearkan dengan cara melogaritmakannya dan karenanya mudah untuk dianalisis regresi linier. Oleh karena itu persamaan tersebut bisa diubah menjadi :
Log Q = log a + b log X + c log Y
Teknik kuadrat terkecil dapat digunakan untuk menaksir koefisien-koefisien dari persamaan tersebut dan dengan demikian parameter-parameter pada persamaan yang pertama bisa kita temukan.
• Fungsi ini mempermudah kita dalam proses penaksiran return to scale dengan mudah bisa dihitung dengan mejumlahkan pangkat-pangkat dari fungsi tersebut ( dengan menjumlahkan koefisien-koefisien estimasi persamaan log linier ).

c. Fungsi Linier
Pada umumnya bentuk hubungan yang linier jarang di dapat dalam fungsi produksi usahatani. Besarnya produk yang dihasilkan akibat penambahan satu unit korbanan memberikan hasil yang tetap. Hal ini dapat dilihat dengan cara menggambarkan data dalam bentuk suatu diagram sebaran titik. Apabila titik-titik menunjukkan sebaran yang linier maka analisa fungsi produksi menggunakan fungsi linier.

2.3 EFISIENSI PRODUKSI
Efisiensi dalam ilmu ekonomi digunakan untuk merujuk pada sejumlah konsep yang terkait pada kegunaan pemaksimalan serta pemanfaatan seluruh sumber daya dalam proses produksi barang dan jasa.
Sebuah sistem ekonomi dapat disebut efisien bila memenuhi kriteria berikut:
• Tidak ada yang bisa dibuat menjadi lebih makmur tanpa adanya pengorbanan.
• Tidak ada keluaran yang dapat diperoleh tanpa adanya peningkatkan jumlah masukan.
• Tidak ada produksi bila tanpa adanya biaya yang rendah dalam satuan unit.
Definisi tersebut tidak akan selalu sama akan tetapi pada umumnya akan mencakup semua ide yang hanya dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia. Sebuah sistem ekonomi yang efisien dapat memberi lebih banyak barang dan jasa bagi masyarakat tanpa menggunakan lebih banyak sumber daya. Dalam ekonomi pasar secara umum diyakini akan lebih efisien dibandingkan dengan alternatif lainnya yang pertama mendasar dalil kesejahteraan berdasarkan penyediaan kepercayaan oleh karena itu bagi yang menyatakan bahwa setiap pasar berkeseimbangan sempurna berdasarkan kompetitif adalah efisien (tetapi hanya ada bila tidak teradi ketidaksempurnaan pasar).
Mubyarto (1989) menyatakan bahwa persoalan yang dihadapi dalam usahatani pada umumnya adalah bagaimana mengalokasikan secara tepat sumber-sumber daya atau faktor-faktor produksi yang terbatas agar dapat memaksimumkan pendapatan. Berkaitan dengan masalah efisiensi, maka ada dua pendekatan yang dapat mengukur efisiensi tersebut yakni : (1) Pendekatan produk marjinal yaitu pendekatan melalui konsep yaitu produksi marjinal mencapai maksimum, dan (2)Pendekatan efisiensi ekonomis yaitu pendekatan melalui konsep yaitu keuntunganmencapai maksimum. Kedua pendekatan inimerupakan cara analisis untuk mendapatkangambaran tentang efisiensi usahatani danapabila efisiensi ini tercapai, maka keuntunganmaksimum akan tercapai, sehingga pendapatanpetani yang lebih tinggi akan tercapai pula.
Kebijakan reformasi dalam ekonomi mikro adalah bertujuan membuat kebijakan yang mengurangi distorsi ekonomi dan peningkatan efisiensi ekonomi. Namun, tidak ada teori dasar yang jelas bahwa dengan menghapus distorsi pasar maka akan selalu dapat meningkatkan efisiensi ekonomi. Selanjutnya yang kedua berdasarkan dalil yang menyatakan bahwa jika ada beberapa distorsi pasar maka tidak dapat dihindari hanya dalam satu sektor saja yang akan bergerak ke arah yang lebih besar dalam kesempurnaan pasar terdapat sektor lain yang bisa menurunkan efisiensi.
 Elastisitas Produksi.
Hubungan fisik antara output dan input dapat diukur dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi adalah presentase perubahan output yang disebabkan oleh perubahan semua input sebesar satu persen. Jika X merupakan semua input yang digunakan, maka :
Ep = % perubahan Q = Δ Q/Q = Δ Q x X
% perubahan X Δ X/X Δ X Q
Sedangkan menurut I.B. Teken (1986) dengan diketahuinya nilai elastisitas produk tersebut (Σbi), maka akan diketahui pula fase pergerakan usahatani di daerah penelitian yaitu sebagai berikut :
• Jika Σbi = 1 Maka fungsi produksi berada pada skala usahatani dengan hasil tetap, artinya laju kenaikan produksi yang senantiasa tidak berubah meskipun dilakukan peningkatan penggunaan faktor produksi.
• Jika Σbi > 1 Maka fungsi produksi berada pada skala usahatani dengan hasil yang meningkat, artinya laju kenaikan produksi yang senantiasa berubah sesuai dengan pertambahan faktor produksi.
• Jika Σbi < 1 Maka fungsi produksi berada pada skala usahatani dengan hasil yang menurun, artinya laju kenaikan produksi yang senantiasa menurun meskipun dilakukan penambahan faktor produksi.
Menurut Soekartawi (1986) efisiensi adalah penggunaan input yang sekecil-kecil untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya, Situasi yang demikian ini akan terjadi apabila petani mampu membuat upaya Nilai Produk Marjinal input usahatani yang digunakan adalah sama dengan input tersebut atau NPMxi = Pxi atau (NPMxi/Pxi) = 1. Artinya alokasi sarana produksi telah mencapai titik optimal atau telah efisien. Ini juga berarti bahwa perbandingan antara nilai produk marginal dengan harga input pada titik kombinasi tersebut sama dengan satu (Widodo, 1989). Secara matematis efisiensi alokatif dituliskan sebagai berikut :
NPMxi = Pxi atau NPMxi/Pxi = 1 = ki
Apabila ki = 1 berarti penggunaan input efisien, ki > 1 penggunaan input belum efisien dan masih perlu ditambah, sedangkan bila ki < 1 penggunaan input sudah tidak efisien dan perlu dikurangi.
Sebagian besar studi empiris tentang efisiensi teknis menggunakan metode Farrell sebagai acuan dasar, yang merupakan rasio antara output aktual dan output frontier yang efisien untuk proporsi faktor yang sama. Produksi yang efisien dapat diestimasi dengan metode probabilistic linear programming. Beberapa model ekonometrika dapat dibentuk dan dibandingkan sehingga diperoleh model terbaik untuk analisis lebih lanjut. Studi mengenai management bias digunakan untuk mengestimasi faktor manajemen atau efisiensi teknis yang menyebabkan biaspersamaan estimasi. Beberapa fenomena dapat dijelaskan dari sign bias ini.
2.4 DATA ANALISIS
Analisis Fungsi Produksi Padi Sawah
Hasil analisis regresi fungsi produksi usahatanu padi sawah di Kecamatan Uepai diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) yang cukup besar, yaitu 0,9123. Nilai koefisien tersebut berarti 91,23 persen produksi padi sawah dipengaruhi oleh variabel-variabel dalam model yang meliputi luas panen, jumlah benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja, sedangkan 8,77 persen dipengaruhi oleh faktor lain di luar model seperti curah hujan, kelembaban, suhu udara dan sebagainya.
Hasil analisis tersebut disajikan pada Tabel 3.
No Peubah Bebas Koefisien Regresi t- hitung
1
2
3
4
5
6
7
8 Konstanta
Luas panen
Jumlah benih
Pupuk urea
Pupuk SP -36
Pupuk KCl
Pestisida
Tenaga kerja 6,0307
0,4998
0,0253
0,0644
-0,0058
0,0096
0,0131
0,4577 6,766
3,044
0,329
0,671
0,571
1,282
2,115
2,369
Koefisien regresi ( R2 ) 0,9123

Koefisien regresi dari sarana produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi adalah luas panen, pestisida dan tenaga kerja, sedangkan benih dan pupuk tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi. Dalam fungsi produksi Cobb- Douglas koefisien regresi merupakan elastisitas dari setiap faktor produksi terhadap hasil. Hasil estimasi koefisien regresi luas panen adalah 0,4998, hal ini berarti apabila areal panen bertambah 10 persen maka produksi padi meningkat 4,998 persen, demikian pula sebaliknya apabila luas panen berkurang 10 persen maka produksi akan menurun 4,391 persen. Rata-rata produksi padi sawah pada MK 2005 sebesar 3,420 ton yang diperoleh dari luasan 0,729 ha atau produktivitas 4,69 /ha.

Produksi padi sawah di Kecamatan Uepai pada MK 2005 tidak dipengaruhi oleh
banyaknya benih yang ditanam. Rata-rata benih yang digunakan petani sebanyak 48,84 kg atau 67 kg/ha yang melebihi kebutuhan benih padi untuk keperluan satu hektar, yaitu 25 – 30 kg/ha. Berlebihnya jumlah benih tersebut dikarenakan benih disemaikan terlebih dahulu hingga menjadi bibit. Setelah berumur 15 hari bibit dipindahkan ke pertanaman. Dengan demikian tanaman yang tumbuh berasal dari bibit yang terseleksi sehingga secara statistik jumlah benih tidak pempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi padi.

Demikian pula pupuk yang diberikan tidak berbeda nyata terhadap produksi, artinya penambahan atau pengurangan pupuk tidak bermakna, namun hal ini bukan berarti bahwa tanaman tidak memerlukan tambahan unsur hara bagi pertumbuhannya. Pupuk yang digunakan oleh petani pada setiap musim tanam lebih banyak dari jenis Urea dan SP-36 dengan dosis masing-masing 209,5 kg/ha dan 76,6 kg/ha. Tidak berpengaruhnya pupuk Urea terhadap produksi padi sawah diduga oleh sifat pupuk Urea yang mudah terurai baik oleh penguapan maupun pencucian walaupun dosis yang diberikan telah melampaui dosis anjuran namun waktu pemberian masih kurang tepat sehingga tanaman tidak opimal merespon unsur 8 N. Demikian pula pupuk SP-36 dan KCl yang jumlahnya masih dibawah anjuran sehingga ketersediaan unsur P2O5 dan K2O yang tersedia tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman. Hal ini senada dengan pendapat Suwalan et al., (2004) bahwa respon tanaman terhadap pemberian pupuk akan meningkat apabila pupuk yang digunakan tepat jenis, dosis, waktu dan cara pemberian.

Serangan hama yang ditemui di lapangan adalah hama walang sangit, ulat grayak dan ulat tentara. Tingkat serangan dari ketiga hama tersebut masih dibawah batas ambang ekonomi, namun sebagai tindakan pencegahan agar serangan tidak semakin meluas peani melakukan penyemproan dengan pestisida. Jenis pestisida yang digunakan adalah Lansette dan Matador dengan rata-rata dosis 1,16 l/ha. Perlakuan ini ternyata berpengaruh positip terhadap upaya penyelamatan produksi, sehingga petani masih bisa mengintensifkan penyemprotan bila terjadi serangan yang lebih berat.

Pada usahatani padi sawah, tenaga kerja digunakan dari saat pengolahan tanah hingga pasca panen. Jumlah tenaga kerja yang dipakai dalam satu musim rata-rata 57,74 hari setara pria (HKP). Hasil estimasi koefisien regresi dari tenaga kerja sebesar 0,5123 dan berpengaruh positip terhadap produksi, artinya produksi padi akan meningkat 5,123 persen apabila ada penambahan tenaga kerja sebanyak 10 persen. Hal ini menyebabkan pengelolaan usahatani akan semakin intensif dengan penambahan curahan tenaga kerja di dalam proses produksi.

Efisiensi Penggunaan Sarana Produksi
Dalam kegiatan usahatani sering ditemui banyak petani melakukan aktivitas kegiatan usahatani berdasarkan kebiasaan dan pengalaman semata sehingga rasionalitas sering terabaikan. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya beberapa permasalahan di lingkungan petani, seperti keterbatasan modal dan sulitnya memperoleh sarana produksi sehingga mempengaruhi petani di dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu untuk melihat rasionalitas petani didalam berusahatani dalam upaya meningkatkan pendapatan maka dilakukan uji efisiensi alokasi penggunaan sarana produksi. Hasil uji efisiensi alokatif terhadap penggunaan sarana
produksi disajikan pada Tabel 4.
Table 4. Produk Marginal dan Test Efisiensi Alokatif pada Usahatani Padi Sawah di
Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, MK 2005
No Jenis Input MP ki
1
2
3
4
5
6 Benih
Urea
SP-36
KCl
Pestisida
Tenaga kerja 1,845
1,444
-0,357
6,596
0,073
27,104 1,777
1,763
-0,331
4,662
1,447
1,415

Tabel 4 memperlihatkan bahwa penggunaan benih, pupuk Urea dan KCl, pestisida serta tenaga kerja telah mencapai optimal. Hal ini tercermin dari hasil pengujian nilai ki yang tidak berbeda nyata pada taraf 10 persen. Penggunaan pupuk SP-36 sebanyak 76,60 kg/ha perlu dikurangi walaupun jumlahnya masih dibawah anjuran yaitu 100 – 150 kg/ha untuk mencapai efisien. Dilihat dari sisi ekonomi, harga pupuk SP-36 di tingkat petani mencapai Rp 1.550/kg sehingga dengan mengurangi alokasi biaya pembelian pupuk maka tingkat pendapatan petani akan mengalami peningkatan.
Menurut kelompok kami, secara teknis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah adalah luas panen, pestisida dan tenaga kerja. Ketiga faktor produksi tersebut masih bisa dinaikkan jumlahnya untuk meningkatkan produksi. Secara ekonomis efisiensi produksi dalam usahatani padi di lahan sawah irigasi belum optimal. Pencapaian efisien masih dimungkinkan dengan mengurangi penggunaan pupuk SP-36 untuk menambah pendapatan.
Dengan adanya beberapa faktor produksi terutama pupuk yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi maka disarankan untuk melakukan percobaan dengan menggunakan dosis sesuai dengan acuan rekomendasi untuk melihat potensi hasil padi sawah di lahan irigasi.













BAB III
KESIMPULAN
 Produksi merupakan suatu kegiatan memproses input (faktor produksi) yang di ubah menjadi suatu output.
 Macam – macam teori produksi :
a. Teori produksi dengan satu input variabel
Dalam analisis produksi dengan satu input variabel diasumsikan bahwa semua faktor produksi selain tenaga kerja (L) dianggap tetap. Sehingga fungsi produksi dengan satu input variabel : Q = f (L).
b. Teori produksi dengan dua input variabel
Dua faktor produksi yang dianggap variabel atau dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja (L) dan modal (K). Dalam teori produksi diasumsikan juga, bahwa antara tenaga kerja dan modal dapat dipertukarkan penggunaannya satu sama lain. Modal dapat menggantikan tenaga kerja oleh tenaga kerja dapat menggantikan modal.
 Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara masukan produksi (input) yang dikorbankan dengan jumlah maksimum output yang dihasilkan.
 Macam-macam fungsi produksi
a. Fungsi produksi linier
b. Fungsi produks kuadratik
c. Fungsi produksi Cobb-Douglas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar