Selasa, 16 Maret 2010

masalah usahatani dan faktor yang mempengaruhi usahatani

BAB I
PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang
Dengan wilayah yang luas, serta ditambah lagi dengan lahan pertanian yang luas, dengan penduduknya sebagian besar adalah tani atau mata pencariannya adalah dengan bertani maka Indonesia merupakan negara yang agraris, yang menempatkan pertanian sebagai potensi yang paling dominan.
Pertanian di Indonesia merupakan sector yang paling penting diantara yang lainya. Hal ini dikarenakan sektor pertanian telah terbukti tetap tegak dan bertahan dari terpaan gelombang krisis moneter. Sedangkan sektor-sektor lainnya justru banyak yang mengalami kebangkrutan. Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja (sumber mata pencaharian penduduk), sumber devisa negara, sumber bahan baku industri, dan sumber pendapatan nasional. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan sumber bahan pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Usaha tani mempunyai arti penting dalam suatu pertanian, dimana usaha tani adalah suatu tempat di permukaan bumi dimana pertanian di selenggarakan. Pembangunan usaha tani yang berhasil akan membuahkan terwujudnya target pembanguna nasional. Seperti tujuan dari pancasila dan UUD 1945 yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat serta keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan terwujudnya kesejahteraan rakyat dan keadilan social secara menyeluruh di wilayah Indonesia ini maka otomatis telah tecapainya pembangunan pertanian serta pembangunan ekonomi yang baik yang berawal dari perubahan kearah perbaikan kualitas dari usaha tani itu sendiri.

B. Tujuan
• Untuk mengetahui permasalahan dalam usahatani dan upaya penyelesaiannya.
• Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani.


BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Masalah-masalah dalam usahatani di Indonesia
1. Masalah-masalah dalam usahatani menurut Fadholi (1991)
a) Kurang rangsangan
Masalah kurang rangsangan karena sikap puas diri para petani yang umumnya petani kecil. Ada semacam kejenuhan dan putus asa karena sulitnya meningkatkan taraf hidup dan pemenuhan kebutuhan keluarganya. Akibat berikutnya akan berpengaruh terhadap kemampuan untuk meningkatkan pendidikan dan tersedianya dana yang cukup untuk biaya operasional usahataninya. Rendahnya tingkat pendidikan akan berpulang kepada rendahnya adopsi teknologi, apalagi kurangnya dana tadi akan sulit untuk membeli teknologi.
b) Lemah tingkat teknologinya
Dalam hal ini, kami menyebutnya dalam kelompok Late Majority. Yaitu kelompok yang lambat dalam hal menerima informasi ataupun teknologi terbaru. Sehingga mereka tetap berada di situ saja. Tidak berjalan ke depan. Tetapi kelompok ini lebih skeptic dan lambat dalam hal mengadoptir sesuatu hal baru yang asing bagi mereka, meskipun mereka punya kemauan untuk mengadopsi atau menerapka suatu teknologi tersebut. Mereka hanya mengikuti teknologi yang baru jika telah disetujui oleh pendapat umum dan telah diterapkan oleh kebanyakan orang.
c) Langkanya permodalan untuk pembiayaan usahatani
Dengan terbatasnya modal, maka penyediaan fasilitas kerja berupa alat-alat usahatani semakin sulit dipenuhi. Akibatnya intensitas penggunaan kerja menjadi semakin menurun. Ketergantungan keluarga akan modal menyebabkan petani terjerat sistem yang dapat merugikan diri sendiri dan keluarganya , seperti adanya sistem ijon dsb.
Sebagai akibat langkanya modal usahatani, kredit menjadi penting. Dalam hal ini pemerintah perlu menyediakan fasilitas kredit kepada petani dengan syarat mudah dicapai. Keadaan yang demikian belum sepenuhnya ada. Demikian pula dengan prosedur mudah dan suku bunga yang relatif rendah. Dengan demikian terbuka pemilik modal swasta mengulurkan tangan, sambil membunuh secara perlahan kepada petani, melalui sistem yang dikenal dengan sistem ijon. Alasan petani untuk tidak menggunakan fasilitas kredit yang disediakan pemerintah adalah belum tahu caranya, tidak ada jaminan, serta bunganya dianggap terlalu besar.
d) Masalah transformasi dan komunikasi
Upaya pembangunan termasuk membuka isolasi yang menutup terbukanya komunikasi dan langkanya transportasi. Hal itu menyulitkan petani untuk menyerap inovasi baru dan bahkan untuk memasarkan hasil usahataninya. Isolasi ini akan menutup setiap informasi harga yang sebetulnya sangat diperlukan oleh petani.
e) Kurangnya informasi harga
Aspek-aspek pemasaran merupakan masalah diluar usahatani yang perlu diperhatikan. Seperti kita ketahui petani yang serba terbatas ini berada pada posisi yang lemah dalam penawaran persaingan, terutama yang menyangkut penjualan hasil dan pembelian bahan-bahan pertanian. Penentu harga produk tidak pada petani. Petani harus terpaksa menerima apa yang menrjadi kehendak dari pembeli dan penjual. Makin ia maju, ketergantungan akan dunia luar akan semakin besar. Tengkulak memegang peranan yang besar pada aspek penjualan hasil usahatani.
f) Adanya gap penelitian terpakai untuk petani
Bahan penelitian yang mampu menggerakkan teknologi terkadang lambat diubah dalam bahan penyuluhan oleh penghantar teknologi. Terjadi kesenjangan antara peneliti dan petani. Terjadi kelambatan dan adanya proses adaptasi hasil penelitian,memerlukan penanganan yang lebih mantap terhadap sistem maupun pelayanan pengukuran.
g) Luasan usaha yang tidak menguntungkan
Dengan lahan usahatani yang sempit, akan membatasi petani berbuat pada rencana yang lebih lapang. Keadaan yang demikian akan membuat petani serba salah, bahkan menjurus kepada keputusasaan. Tanah yang sempit dengan kualitas tanah yang kurang baik akan menjadi beban bagi petani pengelola usaha tani.
Akibat lanjutan dari sempitnya luasan lahan usahatani adalah rendahnya tingkat pendapatan petani. Besarnya jumlah anggota yang akan menggunakan pendapatan yang sedikit tadi, akan berakibat rendahnya tingkat konsumsi. Dan ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan kecerdasan anak, menurunnya kemampuan berinvestasi, dan upaya pemupukan modal.
h) Belum mantapnya sistem dan pelayanan penyuluhan
Memang penyuluh telah ditambah, tetapi jumlah petani cukup banyak sehingga imbangan petani-penyuluh menjadi besar. Belum lagi lokasi dan tingkat pengetahuan petani yang beragam membuat sulit dalam mekanisme penghantaran teknologi.
i) Aspek social, politik, ekonomi yang berkaitan dengan kebijakan bagi petani
Petani dituntut mengadakan pangan, bahan baku industri, dan melestarikan sumberdaya alam. Ada pembebanan yang tinggi terhadap sector ini. Semua semua merupakan kebijakan-kebijakan politik. Kondisi sosial menempatkan petani pada posisi sulit, meskipun berperan besar. Ini adalah fakta sosial petani, termasuk nelayan, bagian yang terbesar jumlah petani pada posisi lemah. Posisi kuat dimiliki sektor lain, kebanyakan di luar petani. Ini aspek ekonomi, di pihak lain petani memberikan konstruksi tinggi terhadap pendapatan nasional. Pemasaran hasil usahataninya di luar kekuasaannya. Meraka belum dan bahkan tidak dilibatkan dalam penetapan kebijakan pasar, mereka lemah posisi bersaingnya.
2. Masalah-masalah dalam usahatani menurut Soekartawi
a) Aspek teknologi
Para petani kecil pada umumnya sulit menerima setiap teknik atau metode baru (innovation). Selain itu, setiap penerapan teknologi membutuhkan modal yang lebih besar untuk pengadan dan penguasaan teknologi tersebut.
b) Perubahan harga
Pada suatu masa tertentu harga-harga komoditas usahatani mengalami perubahan. Misalnya apabila harga komoditas kubis di pasaran tinggi, petani akan beramai-ramai menanam kubis sehingga apabila musim panen tiba, harga kubis menjadi turun jauh yang mengakibatkan kerugian pada petani itu sendiri.
c) Meningkatnya jumlah produsen
Semakin banyak petani yang mengusahakan komoditas yang sama, maka akan semakin ketat kompetisi untuk mendapatkan konsumen. Sehingga bagi petani yang belum siap menghadapi persaingan akan mengalami kerugian.
d) Menurunnya harga
Turunnya harga suatu komoditas menyebabkan petani jarang mengusahakan komoditi tersebut sehingga keberadaannya di pasar terbatas padahal permintaan dari suatu konsumen tetap ada. Hal ini akan mengakibatkan kelangkaan dan harga akan naik.
e) Menurunnya lahan pertanian
Dari tahun ke tahun luasan lahan pertanian semakin menurun, hal ini disebabkan karena banyak lahan yang sekarang dimanfaatkan untuk pemukiman ataupun pertokoan. Hal ini akan berpengaruh pada komoditas pertanian. Komoditas pertanian akan semakin langka sedangkan permintaannya semakin meningkat.
f) Meningkatnya kesadaran kesehatan
Pada umumnya petani kecil mengusahakan pertaniannya secara konvensional, yang menggunakan pupuk, dan pestisida kimia, sementara itu masyarakat sekarang mulai memperhatikan makanan yang akan mereka konsumsi apakah tercemar residu kimia atau tidak sehingga mereka lebih memilih produk organik dari pada produk yang dihasilkan oleh petani kecil. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan kerugian pada diri petani karena produknya tidak diminati konsumen.
g) Perubahan iklim
Perubahan iklim yang tidak menentu pada saat ini mengakibatkan petani kesulitan untuk memprediksi musim tanam, selain itu petani akan kesulitan mendapatkan air untuk pertanian.
h) Pembiayaan usahatani
Dalam kegiatan proses produksi pertanian organik, maka modal dibedakan menjadi dua macam yaitu modal tetap dan tidak tetap. Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh model tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. Dengan demikian modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut. Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relative pendek dan tidak berlaku untuk jangka panjang (Soekartawi, 2003).
Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari :
• Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai makin besar skala usaha makin besar pula modal yang dipakai.
• Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai.
• Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani (Soekartawi,2003).
i) Perubahan pola hidup
Perubahan pola hidup petani berpengaruh pada pengusahaan suatu komoditas. Apabila petaninya masih menganut pola pertanian tradisional maka pola budidayanyapun masih menggunakan cara tradisional sehingga hasilnya hanya cukup digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani. Sedangkan petani yang sudah modern maka budidayanya lebih bersifat komersil untuk mendukung hal tersebut maka peralatan pertaniannyapun lebih modern.

3. Masalah-masalah dalam usahatani menurut Syukuriwantoro (2009)
a. Meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global
Perubahan iklim global telah menjadi perhatian dunia dan diyakini akan berpengaruh terhadap produksi pangan. Frekuensi anomali iklim antar musim dan antar tahun meningkat, menyebabkan penentuan waktu tanam sulit dilakukan dan resiko kegagalan panen semakin besar.
b. Terbatasnya ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana lahan dan air
Infrastruktur pedesaan pendukung usahatani yang belum memadai, merupakan salah satu masalah utama usahatani. Salah satu infrastruktur yang sangat diperlukan oleh petani adalah jalan usahatani. Pada saat ini tidak tersedia jalan usahatani untuk menuju ke lahan sawah yang letaknya agak jauh dari pemukiman. Untuk menuju ke sawahnya petani harus melewati galangan atau lahan sawah petani lainnya. Sering kali mereka tidak diizinkan untuk melintasi galangan atau lahan sawah petani lainnya karena dapat merusak galangan atau tanaman yang telah ada. Hal ini kadang menjadi pemicu perselisihan diantara mereka. Ketiadaan jalan usahatani ini membuat petani mengalami kesulitan dalam mengangkut saprodi dan hasil usahatani sehingga menambah biaya produksi.
Masalah lain yang berhubungan dengan infrastruktur pedesaan ini adalah rusaknya jaringan pengairan yang tersedia. Pada beberapa lokasi lain juga terdapat jaringan yang dianggap masyarakat rancangannya (desain) tidak sesuai dengan kondisi lahan setempat. Keadaan ini membuat ketersediaan air tidak dapat diatur, sebagian lokasi ada yang kekeringan dan pada bagian lain ada yang lahannya tergenang lebih lama; akibatnya terjadi keterlambatan waktu tanam dan kegagalan panen.
c. Status dan luas kepemilikan lahan (9,55 juta KK, luas lahannya <0,5 ha)
Indonesia dengan jumlah penduduk nomor empat terbesar di dunia mempunyai lahan pertanian yang terbatas. Kondisi tersebut diperparah oleh tingginya laju peningkatan penduduk, alih fungsi lahan sawah untuk keperluan industri dan infra struktur, konversi lahan pertanaman padi menjadi lahan pertanaman komoditas lain yang bernilai jual lebih tinggi, serta menurunnya investasi pemerintah dalam pencetakan sawah baru, pembangunan sarana irigasi, dan menurunnya dana yang tersedia untuk memelihara jaringan irigasi yang sudah dibangun.
d. Lemahnya sistem perbenihan perbibitan nasional
kuantitas dan konsistensi produksi benih/bibit belum terjaga, laju adopsi benih/bibit varietas unggul masih lambat, mutu benih/bibit belum memenuhi standar, pengendalian mutu belum berjalan efektif, dan juga sejumlah kebijakan Pemerintah yang mengait bidang perbenihan/perbibitan yang tidak selalu menguntungkan bagi dunia usaha khususnya dalam hal perlindungan hak cipta atas varietas tanaman.
e. Ketebatasan akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga usahatani
Permodalan merupakan salah satu faktor produksi penting dalam usaha pertanian. Namun, dalam operasional usahanya tidak semua petani memiliki modal yang cukup. Aksesibilitas petani terhadap sumber-sumber permodalan masih sangat terbatas, terutama bagi petani-petani yang menguasai lahan sempit yang merupakan komunitas terbesar dari masyarakat pedesaan. Dengan demikian, tidak jarang ditemui bahwa kekurangan biaya merupakan kendala yang menjadi penghambat bagi petani dalam mengelola dan mengembangkan usaha tani.
f. Lemahnya kapasitas dan kelembagaan petani dan penyuluh
Masih lemahnya kelembagaan usaha dan kelembagaan petani. Usaha agribisnis skala rumahtangga, skala kecil dan agribisnis skala besar belum terikat dalam kerjasama yang saling membutuhkan , saling memperkuat dan saling menguntungkan. Yang terjadi adalah penguasaan pasar oleh kelompok usaha yang kuat sehingga terjadi distribusi margin keuntungan yang timpang (skewed) yang merugikan petani.
g. Masih rawannya ketahanan pangan dan ketahanan energy
Semakin rawannya ketahanan pangan di Indonesia merupakan akibat semakin menurunnya luas lahan pertanian dan produktivitas lahan yang tidak mungkin ditingkatkan. Artinya beberapa upaya untuk meningkatkan hasil produksi pertanian sudah tidak ekonomis lagi.
h. Belum berjalannya difersifikasi pangan dengan baik
Kebanyakan petani menanam suatu komoditas dengan pola monokultur, dan dilakukan secara terus-menerus, sehingga apabila panen raya tiba harga komoditas tersebut jatuh sehingga menyebabkan petani rugi.
i. Rendahnya nilai tukar petani
hasil panen komoditas palawija (kedele, kacang tanah dan jagung langsung dijual pada tengkulak atau penebas dengan alasan tidak tahan disimpan lama)
j. Belum padunya antar sector dalam menunjang pembangunan pertanian
penanganan panen dan pasca panen belum didukung oleh penggunaan alsintan; belum semua petani melaksanakan rekomendasi pemupukan(baru 60 %); hasil panen komoditas palawija (kedele, kacang tanah dan jagung langsung dijual pada tengkulak atau penebas dengan alasan tidak tahan disimpan lama).
k. Kurang optimalnya kinerja dan pelayanan birokrasi pertanian
Para pekerja birokrasi pertanian umumnya jarang untuk terjun langsung ke lapang untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi oleh petani. Sehingga para petani menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri yang terkadang justru merugikan.

2.2 Studi Kasus Masalah dalam Usahatani
Studi Kasus Usahatani Kakao di Kecamatan Lambadia Sulawesi Tenggara
Besarnya kontribusi perkebunan kakao terhadap pendapatan petani merupakan masalah penting bagi pengembangan skala usahatani. Pendapatan yang diperoleh dari suatu usahatani berkaitan erat dengan produksi dan alokasi factor produksi. Jika dibandingkan dengan produksi kakao di tingkat hasil penelitian yang mencapai 2-3 ton/ha, maka produksi kakao di Sulawesi Tenggara tergolong masih rendah. Rendahnya produksi ini dapat disebabkan oleh tingkat kesuburan lahan dan belum optimalnya teknologi budidaya. Selain itu penanaman yang dilakukan masyarakat seringkali mengabaikan pertimbangan konservasi lahan akibat proses kehilangan kesuburan tanah semakin meningkat tiap tahunnya. Melihat permasalahan tersebut maka produksi yang diperoleh masih belum optimal. Peningkatan produksi dapat diperoleh dengan mengalokasikan input produksi secara tepat dan berimbang.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan usahatani kakao secara nyata adalah luas areal dan harga pupuk. Jadi, Keuntungan maksimal akan diperoleh petani dengan memperluas areal pertanaman dan meningkatkan penggunaan pupuk sampai batas rekomendasi dosis pemupukan. Disamping perluasan areal pertanaman, keuntungan juga ditingkatkan dengan penambahan pupuk sesuai dengan acuan rekomendasi, artinya walau terdapat peningkatan biaya pupuk namun produksi yang dicapai akan optimal sehingga keuntungan akan meningkat.
Walaupun perluasan areal berpengaruh nyata terhadap tingkat keuntungan, namun pada umumnya petani mempunyai tenaga kerja yang terbatas. Oleh karena itu untuk meningkatkan keuntungan adalah dengan memaksimalkan penggunaan input produksi (pupuk) yang sesuai anjuran. Sampai saat ini petani belum bertindak secara rasional dalam mengalokasikan input produksi maka disarankan untuk menyebarluaskan informasi pemupukan yang meliputi dosis, jenis dan waktu pemupukan yang telah direkomendasikan hingga sampai ke daerah-daerah

2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dalam Usahatani
Apabila usahatani dapat diartikan sebagai kesatuan organisasi antara kerja, modal, dan pengelolaan yang ditujukan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian, petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk mengubah keadaan usahataninya sendiri. Karena itu bantuan dari luar diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Yang harus menjadi perhatian petani agar usahataninya maju, keterbatasan yang ada pada dirinya harus diatasi dengan menggali kesempatan diluar lingkungannya. Bahkan bukan sekedar menggali, terlebih lagi harus mampu mengungkapkannya menjadi kekuatan pendorong dan mengatasi diluar tersebut. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani yang digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Faktor-faktor pada usahatani itu sendiri (faktor Intern), yang terdiri dari:
• Petani Pengelola
• Tanah Usahatani
• Tenaga kerja
• Modal
• Tingkat teknologi
• Kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga
• Jumlah keluarga

Petani pengelola umumnya tumbuh dan dewasa dalam menjalankan usahataninya. Melalui proses belajar dari orang tuanya Ia mulai berusahatani. Sifat tradisi yang diwariskan orang tuanya akan mendarah daging dalam gerak usahataninya. Kondisi yang demikian akan sangat berpengaruh terhadap keputusan usahataninya. Terkadang keputusan itu bagi yang telah maju dianggap sebagai tindakan yang sangat menghambat. Kebanyakan para ahli ekonomi telah bersepakat untuk menyetujui pendapat bahwa petani di Negara yang sedang berkembang, pada lingkungan ekonomi yang mereka hadapi, mereka telah berbuat rasional dan berusaha mencapai pendapatan maksimal dari sumber-sumber yang tersedia pada mereka.
Dengan lahan usahatani yang sempit, akan membatasi petani berbuat pada rencana yang lebih lapang. Keadaan yang demikian akan membuat petani serba salah, bahkan menjurus pada keputusasaan. Tanah yang sempit dengan kualitas tanah yang kurang baik akan menjadi beban bagi petani pengelola usahatani.
Tenaga kerja usahatani merupakan faktor produksi kedua selain tanah, modal, dan pengelolaan. Tenaga kerja dibedakan menjadi tiga jenis yakni tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak, dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya. Tenaga kerja ternak digunakan untuk pengolahan tanah dan untuk angkutan. Sedangkan tenaga mekanik juga digunakan untuk pengolahan tanah, pemupukan, pengobatan, penanaman, serta panen. Tenaga mekanik ini bersifat substitusi, pengganti tenaga ternak dan atau manusia.
Semakin sempitnya tanah usahatani berkaitan erat dengan tenaga kerja, karena hal tersebut akan mengundang pengangguran tak kentara dan menumbuhkan anggota yang konsumtif. Dengan keterbatasan modal, maka penyediaan fasilitas kerja berupa alat-alat usahatani sulit dipenuhi. Akibatnya intensitas penggunaan kerja menjadi semakin menurun. Akibat lanjutan dari sempitnya tanah usahatani adalah rendahnya tingkat pendapatan petani. Besarnya jumlah anggota keluarga petani tersebut yang akan menggunakan jumlah pendapatan yang sedikit tadi, akan berakibat rendahnya tingkat konsumsi. Dan ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan kecerdasan anak, menurunnya kemampuan berinvestasi, dan upaya pemupukan modal. Ketergantungan keluarga akan modal menyebabkan petani terjerat sistem yang dapat merugikan diri dan keluarganya, seperti adanya sistem ijon dan lain sebagainya.
Isolasi yang terjadi karena keterbatasan itu, membuat petani menjadi resisten, bertahan dalam keterbatasannya. Bahkan terkadang menutup diri terhadap kehadiran cara-cara baru. Masuknya teknologi baru dapat mengangkat mereka dari keterbatasannya.
Dengan disadarinya faktor dalam usahatani dapat ditarik beberapa manfaat, antara lain:
a. Bagi petani
Kesadaran akan posisinya harus dijadikan jendela pembuka ketertutupannya.
b. Bagi penghantar teknologi
Pengetahuan akan posisi petani dapat dijadikan dasar berpijak penetapan kebijakan dalam menghantar teknologi. Dengan demikian, kemungkinan salah masuk akan dapat diperkecil dan dihindarkan.
c. Bagi penentu kebijakan
Akan dapat menetapkan kebijakan yang dianggap dapat menjadi pemutus rantai ketertutupan petani dari kemajuan.

2. Faktor-faktor di luar usahatani (faktor Ekstern), antara lain :
• Tersedianya sarana transportasi dan komunikasi
Tersedianya sarana transportasi dan komunikasi akan memudahkan persentuhan petani dengan dunia luar, seperti pasar, informasi yang menyangkut kebijaksanaan pemerintah, yang dapat mereka gunakan, dan sebagai bahan pertimbangan dalam berusahatani. Perkembangan dunia, teknologi, serta komunikasi sosial lainnya, dengan demikian ada pada dirinya (petani sebagai pengelola usahatani)
• Aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga hasil, harga saprodi dan lain-lain)
Aspek-aspek pemasaran merupakan masalah diluar usahatani yang perlu diperhatikan. Seperti kita ketahui yang serba terbatas berada pada posisi yang lemah dalam penawaran persaingan, terutama yang menyangkut penjualan hasil dan pembelian bahan-bahan pertanian. Petani harus terpaksa menerima apa yang menjadi kehendak dari pembeli dan penjual. Tengkulak memegang peranan yang besar pada aspek penjualan hasil usahatani.
• Fasilitas Kredit
Sebagai akibat dari langkanya modal usaha tani, kredit menjadi penting. Dalam hal ini pemerintah perlu menyediakan fasilitas kredit kepada petani dengan syarat mudah dicapai (ada di lokasi usaha tani). Dengan prosedur yang mudah dan suku bunga yang relatif rendah dapat membuka peluang pemilik modal swasta mengulurkan tangan, sambil membunuh secara perlahan kepada petani, melalui sistem yang kita kenal dengan sistem ijon. Alasan petani untuk tidak menggunakan fasilitas kredit yang disediakan oleh pemerintah adalah: belum tahu caranya, tidak ada jaminan, serta bunganya dianggap terlalu besar.
• Sarana penyuluhan bagi petani
Dengan kondisi seperti petani yang demikian, uluran tangan kepada mereka memang sangat diperlukan. Termasuk uluran tangan dalam pelayanan penyuluhan kepada petani. Penyuluhan tersebut dapat berupa introduksi cara-cara produksi yang baru di lingkungan petani. Pengungkapan adanya teknologi baru yang secara ekonomi sangat menguntungkan petani. Caranya beragam sekali. Dapat melalui media radio, televisi, sehingga dapat membentuk kelompok pendengar dan pemirsa. Bentuk lain yang dapat diketengahkan adalah adanya demonstrasi usahatani, suatu kegiatan di lingkungan petani tentang bagaimana menyelenggarakan suatu usahatani, sejak dari penyusunan rencana hingga tahap akhir dari kegiatan berusahatani. Kesemuanya itu akan memperkaya cakrawala pengetahuan dan pandangan petani untuk dapat berusahatani lebih baik.

Keberhasilan dari suatu usahatani tidak terlepas dari beberapa hal, yakni:
1. Syarat Mutlak
• Pasaran untuk hasil – hasil usahatani
Pembangunan pertanian meningkatkan produksi hasil-hasil usahatani. Untuk hasil-hasil ini perlu ada pasaran serta harga ynag cukup tinggi untuk membayar kembali biaya-biaya uang tunai dan daya upaya yang telah dikeluarkan petani sewaktu memproduksinya. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dalam pasaran untuk hasil-hasil usahatani:
a. Permintaan (demand)
Pembangunan indutri dan pmbangunan pertanian saling tergantung satu sama lain. Industrialisasi tergantung kepada pembangunan pertanian oleh karena industri harus menjual hasil-hasilnya dan dalam hal ini rakyat tani merupakan bagian penting daripada pasaran potensiil dalam negeri untuk hasil-hasil itu. Demikian pula, pembangunan pertanian tergantung kepada pembangunan industry karena para petani harus dapat menjual kelebihan produksi mereka kepada rakyat bukan tani, dan industrialisasi memperbesar jumlah pekerja yang buka tani itu.
Jika suatu Negara sangat cocok untuk menghasilkan suatu tanaman yang banyak diminta oleh pasaran internasional, maka ini bisa merupakan suatu dasar pembangunan pertanian yang cukup besar. Di beberapa Negara ekspor pertanian merupakan bagian yang besar dari keseluruhan ekspor. Ekspor ini merupakan sumber devisa penting untuk membeli mesin-mesin dan barang-barang lainnya yang diperlukan untuk pembangunan industry.
b. Sistem Tataniaga (pemasaran)
Petani biasanya menjual hasil-hasil usahatani mereka sendiri didaerah setempat. Karena itu perangsang bagi mereka untuk memproduksi barang-barang untuk dijual bukan sekedar untuk dimakan sendiri, lebih banyak tergantung pada harga-harga setempat. Harga-harga ini untuk sebagian tergantung pada efisiensi sistem tataniaga yang menghubungkan pasar-pasar setempat dengan pasar-pasar dikota.
Fungsi-fungsi tataniaga antara lain; pengangkutan, penyimpanan (storage), pengolahan (processing), dan pembiayaan (financing). Siapapun yang melakukan atau menjalankan fungsi-fungsi tataniaga itu, atau bagaimanapun cara orgaisasinya, tiap-tiap kegiatan tataniaga memerlukan biaya. Namun hal ini sering kali tidak difahami benar oleh para petani ataupun konsumen, atau bahkan oleh orang-orang yang erat sangku pautnya dengan sistem tataniaga itu sendiri. Setiap kegiatan tataniaga seperti; pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, waktu dan dayaupaya dalam mempelajari penawaran dan pemintaan,mengadakan hubungan dagang memilih barang dagangan, membeli dan menjualnya serta mengatur penyalurannya, semua kegiatan ini memakan biaya yang tidak sedikit.
• Teknologi yang selalu berubah
Meningkatnya produksi pertanian adalah akibat dari pemakaian teknik-teknik atau metode-metode baru didalam usahatani. “Teknologi” pertanian berarti “cara-cara bertani” didalamnya termasuk cara-cara bagaimana para petani menyebarkan benih, memelihara tanaman, pemilihan benih, pupuk, obat-obatan pemberantas hama yang mereka gunakan, alat-alat dan sumber tenaga. Agar pembangunan pertanian dapat berjalan terus, haruslah selalu terjadi perubahan. Apabila perubahan ini terhenti, maka pembangunan pertanianpun terhenti.
Suatu teknik baru harus dapat memberikan kenaikan hasil, atau mengurangi biaya, dengan sangat mencolok agar dapat diterima oleh kebanyakan petani. Teknik-teknik baru perlu secara seksama disesuaikan dengan faktor-faktor tubuh tanah dan iklim, lembaga-lembaga penelitian tidaklah mungkin dapat mengembangkan macam-macam varietas tanaman khusus untuk tiap-tiap bidang tanah. Mereka melakukan penyusunan kombinasi-kombinasi dari berbagai teknik kerja yang bisa memberikan hasil yang cukup baik pada kondisi-kondisi iklim dan tubuh tanah tertentu.
Sumber-sumber teknologi baru dapat diperoleh dengan beberapa cara, antara lain:
a. Teknik kerja petani lain
Beberapa teknik kerja dan beberapa bahan, dalam kondisi-kondisi setempat lebih produktif daripada yang lain. Maka salah satu sumber teknologi baru bagi seorang petani adalah metode-metode atau bahan-bahan yang dipergunakan oleh petani lain yang ada disekitarnya. Kadang-kadang keunggulan itu demikian nyata sehingga petani dengan mudah melihatnya dan segera mempraktekkan teknik baru itu.
b. Mendatangkan dari daerah lain
Kebanyakan dari teknologi yang tersedia bagi para petani didalam pertanian yang sangat pesat perkembangannya berasal dari tempat lain. Teknik-teknik yang didatangkan dari daerah lain haruslah dicoba secara lokal dengan seksama sebelum dianjurkan kepada para petani. Mungkin diperlukan perubahan supaya bisa berguna dan diterima didaerah setempat.
c. Percobaan yang terarah
Sumber teknologi baru yang ketiga ialah percobaan-percobaan yang mencari jenis-jenis tanaman cara-cara pengolahan tanah, cara-cara pemberantasan penyakit, dan lain-lain. Teknologi dan metode yang ada saat ini tidak mampu menjamin untuk perkembangan pertanian yang akan datang. Kita harus secara kontinu mengembangkan teknologi pertanian yang sungguh-sungguh baru agar dapat terus menggerakkan pertanian yang lebih maju lagi.
• Tersedianya bahan – bahan produksi dan peralatan secara local
Setiap lahan pertanian memiliki karakteristik masing-masing, sehingga apabila suatu bahan produksi dan peralatan diterapkan secara nasional, maka hasil usahatani di berbagai kawasan akan berbeda satu sama lain. Oleh karena itu diperlukan bahan produksi dan peralatan yang bersifat lokal sehingga akan sesuai apabila diterapkan pada lokasi tersebut.
• Adanya perangsang produksi bagi petani.
Teknologi yang telah maju, pasar yang mudah, dan tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi, kesemuanya memberikan kesempatan kepada para petani untuk menaikkan produksi. Para petani, sebagai orang yang menginginkan kehidupan yang layak bagi dirinya dan keluarganya, tentunya ia harus berusaha untuk mencapai tujuan-tujuannya tersebut dengan usaha taninya. Faktor perangsang utama yang bersifat ekonomis. Faktor perangsang tersebut adalah harga hasil produksi pertanian yang menguntungkan, pembagian hasil yang wajar, dan tersedianya barang-barang dan jasa yang ingin dibeli oleh para petani untuk keluarganya.
• Pengangkutan
Pengangkutan yang lancar akan menyebabkan distribusi produk usahatani menjadi lancar. Dengan demikian maka pendapatan petanipun akan semakin bertambah.
2. Faktor Pelancar Pembangunan Pertanian
• Pendidikan pembangunan
Pendidikan pembangunan terutama pada pendidikan non-formal yaitu kursus, latihan, penyuluhan dan praktek lapang. Pendidikan pembangunan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas petani.
• Kredit produksi
Kredit produksi merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk menambah modal bagi petani untuk mendukung kelancaran produksi pertaniannya.
• Kegiatan gotong – royong bagi para petani
Gotong-royong yang dilakukan petani biasanya merupakan bentukan dari budaya masyarakat Indonesia. Para petani biasanya bekerjasama dalam menanam tanaman mereka, memperbaiki saluran irigasi maupun dalam memanen hasil panen. Kegiatan seperti ini juga mempercepat pembangunan pertanian.
• Perbaikan dan perluasan tanah / lahan pertanian
Perbaikan dan perluasan lahan pertanian dilakukan untuk menaikkan jumlah produksi pertanian. Dengan membuka lahan-lahan baru, maka semakin banyak komoditas yang diusahakan sehingga hal ini akan mempercepat pembangunan pertanian
• Perencanaan nasional untuk pembangunan pertanian
Perencanaan pertanian adalah proses memutuskan apa yang hendak dilakukan pemerintah mengenai tiap kebijaksanaan dan kegiatan yang mempengaruhi pembangunan pertanian selama jangka waktu tertentu. Sehingga dalam mengambil keputusan, pemerintah harus benar-benar mempertimbangkan mana yang lebih penting yang harus dilaksanakan.

2.4 Studi Kasus Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dalam Usahatani
Studi Kasus Pada Komoditas Padi
Kondisi alam, cuaca dan budaya masyarakat di Indonesia sangat mendukung sektor pertanian karena tanah Indonesia merupakan tanah yang sangat subur dan produktif sehingga pertanian memang cocok untuk terus dikembangkan. Namun demikian upaya peningkatan produksi instan melalui intensifikasi dengan penggunaan pupuk dan pestisida kimia membuat kondisi tanah semakin rendah tingkat kesuburannya berakibat turunnya hasil produksi. Untuk mengatasinya para petani mengupayakannya dengan meningkatkan biaya produksi diantaranya berupa peningkatan penggunaan kuantitas dan kualitas benih, pupuk dan pestisida/insektisida. Pada awalnya penambahan biaya produksi ini bisa memberikan peningkatan kepada hasil pertanian, namun untuk selanjutnya tingkat produksi kembali menurun.
Oleh karena itu, perlu diperhatikan kembali factor- factor yang dapat mendukung keberhasilan pengembangan dan pembanagunan pertanian, terutama aspek sumberdaya , baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia (petani), dan aspek kelembagaan. Teroboson inovatif dalam upaya mengembalikan kembali kesuburan tanah dan produktifitas harus dilakukan. Pada saat ini ada harapan sebagai solusi terbaik bagi pertanian di Indonesia dalam peningkatan hasil produksi yaitu melalui pola pertanian dengan metoda SRI-Organik.
Pola pertanian padi SRI Organik (beras organik/organic rice) ini merupakan gabungan antara metoda SRI (System of Rice Intensification) yang pertamakali dikembangkan di Madagascar, dengan pertanian organik. Metode ini dikembangkan dengan beberapa prinsip dasar diantaranya pemberian pupuk organik, peningkatan pertumbuhan akar tanaman dengan pengaturan pola penanaman padi yaitu dengan jarak yang renggang, penggunaan bibit tunggal tanpa dilakukan perendaman lahan persawahan.
Pemilihan pengembangan pola tanam padi SRI Organik untuk menghasilkan beras organik (organic rice) yang juga termasuk sebagai beras sehat (healthy rice) berdasarkan pertimbangan beberapa hal berikut :
• Aspek lingkungan yang baik dengan tidak digunakannya pupuk dan pestisida kimia, serta menggunakan sedikit air (tidak direndam) sehingga terjadi penghematan dalam penggunaan air.
• Aspek kesehatan yang baik yaitu tidak tertinggalnya residu kimia dalam padi/beras akibat dari pupuk/pestisida kimia juga terjaganya kesehatan para petani karena terhindar dari menghirup uap racun dari pestisida kimia.
• Produktifitas yang tinggi sebagai hasil dari diterapkannya prinsip penanaman SRI. Untuk lahan yang sudah mulai pulih kesuburan tanah dan ekosistem sawahnya, hasil yang diperoleh bisa mencapai lebih dari 10 ton/hektar dimana dari benih tunggal bisa menghasilkan sampai lebih dari 100 anakan (malai).
• Kualitas yang tinggi, beras organik (organic rice) yang juga merupakan beras sehat (healthy rice) selain tidak mengandung residu kimia juga aman dikonsumsi oleh para penderita diabet, penyakit jantung, hipertensi dan beberapa penyakit lainnya.
• Hemat penggunaan air. Kebutuhan air hanya 20-30% dari kebutuhan air untuk cara konvensional, memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan keseimbangan ekologi tanah, membentuk petani mandiri yang mampu meneliti dan menjadi ahli di lahannya sendiri.
• Tidak tergantung pada pupuk dan pertisida kimia buatan pabrik yang semakin mahal dan terkadang langka,
Hasil panen pada metode SRI pada musim pertama tidak jauh berbeda dengan hasil sebelumnya (metode konvensional) dan terus meningkat pada musim berikutnya sejalan dengan meningkatnya bahan organik dan kesehatan tanah.Beras organik yang dihasilkan dari sistem tanam di musim pertama memiliki harga yang sama dengan beras dari sistem tanam konvesional, harga ini didasarkan atas dugaan bahwa beras tersebut belum tergolong organik, karena pada lahan tersebut masih ada pupuk kimia yang tersisa dari musim tanamsebelumnya. Dan untuk musim berikutnya dengan menggunakan metode SRI secara berturut-turut,maka sampai musim ke 3 akan diperoleh beras organik dan akan memiki harga yang lebih tinggi dari beras padi dari sistem konvensional.
Pada penanaman padi organik harus mengikuti standar ketat untuk produksi dan pengolahan yang ditetapkan oleh badan sertifikasi, membuat dan menyerahkan rencana tahunan yang memperlihatkan bahwa akan memenuhi persyaratan produksi dan pengolahan dari badan sertifikasi, produk hanya dapat disertifikasi “ organik” bila produk ditanam dilahan yang telah bebas dari zat zat terlarang ( misalnya, pestisida dan pupuk kimia buatan)selama tiga tahun sebelum disertifikasi.
Tantangan utama dari penanaman awal padi berkaitan dengan pengelolaan hara dan pengendalian hama dan penyakit tanaman, karena tidak menggunakan pupuk / pestisida dengan jumlah yang banyak sehingga petani harus lebih telaten. Oleh karena itu, aspak sumberdaya manusia perlu diperhatikan dengan diberikannya informasi- informasi serta teknologi yang menunjang.

BAB III
KESIMPULAN


Permasalahan usahatani di Indonesia pada umumnya disebabkan antara lain karena aspek teknologi yang belum memadai, kurangnya permodalan, perubahan iklim, luas kepemilikan lahan yang rata-rata sempit, infrastruktur, sarana prasarana lahan dan air yang kurang mendukung jalannya usahatani, harga jual petani yang rendah dan juga belum mantapnya sistem dan pelayanan penyuluhan.
Pada studi kasus usahatani kakao menunjukkan bahwa permasalahan utama usahatani kakao di Kecamatan Lambadia Sulawesi Tenggara tingkat kesuburan lahan yang rendah dan belum optimalnya teknologi budidaya. Selain itu penanaman yang dilakukan masyarakat seringkali mengabaikan pertimbangan konservasi lahan akibat proses kehilangan kesuburan tanah semakin meningkat tiap tahunnya selain itu pada umumnya petani mempunyai tenaga kerja yang terbatas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani yang digolongkan menjadi 2, yaitu:
a. Faktor-faktor pada usahatani itu sendiri (faktor Intern), yang terdiri dari: petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga, dan jumlah keluarga.
b. Faktor-faktor di luar usahatani (faktor Ekstern), antara lain : tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga hasil, harga saprodi dan lain-lain), fasilitas kredit, dan sarana penyuluhan bagi petani.
Pada studi kasus usahatani padi faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan dalam usahatani adalah kondisi alam, cuaca dan budaya masyarakat di Indonesia sangat mendukung sektor pertanian padi karena tanah Indonesia merupakan tanah yang sangat subur dan produktif sehingga pertanian padi memang cocok untuk terus dikembangkan. Namun demikian upaya peningkatan produksi instan melalui intensifikasi dengan penggunaan pupuk dan pestisida kimia membuat kondisi tanah semakin rendah tingkat kesuburannya berakibat turunnya hasil produksi. Pada saat ini ada solusi terbaik bagi pertanian di Indonesia dalam peningkatan hasil produksi yaitu melalui pola pertanian dengan metoda SRI-Organik.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2010. http://yuvita.wordpress.com/. diakses tanggal 8 Maret 2010
Anonymous, 2010. http://jurnalskripsi.com/peranan-kredit-kredit-usaha-tani-dan-kredit-ketahanan-pangan-dan-tenaga-kerja-sektor-pertanian-dalam-meningkatkan-pendapatan-perkapita-petani-di-kabupaten-malang-pdf.htm. diakses tanggal 8 Maret 2010
Anonymous, 2010. http://berusahatani.blogspot.com/. diakses tanggal 8 Maret 2010
Hernanto, Fadholi. 1991. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta
Mosher, AT. 1968. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta: Yasaguna.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi . Jakarta: Rajawali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar