BIBIT SEBAGAI BAHAN TANAM
• Bahan Tanam
Definisi
o bahan tanam merupakan masukan hidup di dalam proses budidaya tanaman yaitu bagian tanaman yang hidup yang akan ditanam.
o Bahan Tanam : bagian tanaman yang digunakan untuk memulai/ mengawali budidaya tanaman
Bagian tanaman yang dapat dijadikan bahan tanaman tergantung pada jenis tanamannya dapat berupa daun, ranting, cabang, batang, akar, rhizome, umbi, buah dan biji. Bahkan dengan teknologi tinggi jaringan tanaman bagian manapun dapat digunakan sebagai bahan tanaman. Semua organ tanaman dapat digunakan sebagai bahan tanam, namun harus efisien, tersedia dan berpotensi produksi tinggi. Bahan Tanam sangat menentukan produktifitas tanaman (+ > 50 %) baik kuantitas/kualitas » sifat genetis dan daya tumbuh yang baik . bahan tanam dapat dibedakan menjadi dua yaitu benih dan bibit. Dalam hal ini kami lebih menekankan pada pembahasan mengenai bibit.
• Bibit
Bibit merupakan bahan tanam yang berasal dari bagian vegetative tanaman hidup. Bibit juga bias berarti benih yang ditumbuhkan dulu sampai tingkat tertentu yang kemudian digunakan sebagai bahan tanam.
Kelebihan penggunaan bibit :
Mudah (diperoleh & digunakan)
Sifat sama dengan induknya & cepat produksi
Stek batang » tebu, ubi jalar, ubi kayu, cangkok batang » tanaman buah-2 an ; umbi batang » kentang ; daun » teh, akar batang » sukun, rhizome » rumput
Tan. Pohon/buah ® Cepat berbuah
Kelemahan penggunaan bibit
Bibit stek, cangkok ® tidak mempunyai akar tunggang
Sulit dalam distribusi/pengangkutan
Sebab-sebab dilakukan perkembangbiakan vegetatif
Karena banyak tanaman yang tidak mempunyai sifat sebaik induknya bila dilakukan pembiakan secara generatif/menggunakan biji; ada perubahan pada mutunya.
Karena tanaman tidak menghasilkan biji atau hanya sedikit menghasilkan biji.
Cara pembiakan vegetative
Secara alamiah
• Biji Apomiktik (nucellar seedling)
• Bagian bagian khusus tanaman seperti Umbi, Rimpang/Akar batang (Rhizome), Stolon (Runner), dan Anakan
Secara Buatan
• Rundukan (Layering)
• Cangkok
• Bagian-Setek (Cutting)
• Okulasi (Budding)
• Sambung pucuk(Grafting)
• Penyusuan
• Kultur jaringan (Tissue culture)
Biji apomiktik
Perkembangbiakan embryo biji tanpa kawin
Proses perkembangan individu dr sel telur yg tdk dibuahi, sel telur dpt haploid normal dan diploid abnormal melalui ketidak berhasilan pembelahan reduksi
Bisa terbentuk langsung dari sel diploid atau dari sel-sel jaringan nucellus
Umbi
Umbi adalah akar atau batang bawah tanah yg membesar dan berdaging
Umbi lapis (bulb), modifikasi pucuk yg terdiri dari bentuk pipih dan pendek berbentuk cawing yg dikelilingi sisik berupa struktur seperti daun berdaging
Misal : bawang merah
Umbi sisik (corm), batang di bawah tanah yg pendek, berdaging, dan memiliki beberapa buku. Misal : Gladiol
Umbi batang (tuber), cabang yg tumbuh di dalam tanah dan menggelembung besar , berfungsi sebagai tempat cadangan makanan Misal : Kentang
Umbi akar (fleshy root), Modifikasi akar yg membengkak, bulat seperti kerucut atau bentuk tdk beraturan, berfungsi sebagai gudang cadangan makanan yg dibentuk pd musim tumbuh pertama dan akan digunakan untuk musim tumbuh berikutnya, biasanya terdapat pada tanaman herba tahunan Misal : Wortel, Ubi Kayu, Dahlia
Rimpang/Akar Batang (Rhizome)
Batang tanaman yg letaknya horizontal di dlm tanah yg dpt berdaging atau menjadi langsing dg ruas yg panjang yg dr bukunya tumbuh akar, merupakan modifikasi batang. Misal : Jahe, Ganyong, Canna
Stolon (Runner)
Struktur tanaman di dlm tanah yg berbentuk batang memanjang horizontal dan beruas panjang yg pada beberapa bukunya dpt tumbuh akar dan tunas yg pd perkembangan selanjutnya dpt membentuk tanaman baru Misal : Strawbery, Tapak liman
Anakan
Tunas yg keluar dr batang yg terletak di bagian bawah permukaan tanah yg keluar akarnya Misal : Nanas, Pisang, Salak, Lidah buaya
Rundukan/Layering
Metode perbanyakan tanaman dg cara memisahkan bagian tanaman yg berakar dr induknya Misal : Melati, Ketimun, Apel
Cangkok/Air layerage
Metode perbanyakan tanaman dg cara kulit cabang atau ranting dikupas melingkar sepanjang 2-5 cm, cambium pd kayu dihilangkan, kmd dibungkus dg sabut kelapa, ijuk ijuk, atau plastik yg diisi dg mos atau campuran tanah dg kompos, setlh bbrp wkt akan keluar akarnya dan dpt ditanam sbg tan baru yg sama sifatnya dg pohon induk Dapat dilakukan pada hampir semua tanaman berkayu Pada tanaman yang banyak mengeluarkan getah seperti sawo, luka yang telah dibuat itu dibiarkan terbuka 2-3 minggu lamanya, hingga tidak keluar getah lagi
Setek/Cutting
Teknik perbanyakan tanaman dg menggunakan bag vegetatif tanaman
Setek akar : cemara, sukun, kesemek
Setek batang : kentang, ubi kayu, tebu
Setek cabang : mangga, kopi, the
Setek daun : begonia, sanseviera, violces
Setek tunas : anggur
Okulasi/Budding
Usaha memperbanyak tanaman dg menggabungkan 2 tanaman atau lebih dg cara mengambil mata tunas dr cabang pohon induknya dan menempelkannya pd bagian batang bawah yg sebagian kulitnya tlh dikupas, kmd mengikatnya selama bbrp wkt hingga kedua bagian tanaman bergabung menjadi satu tanaman baru
Kultur jaringan/Tissue culture
Teknik biakan tanaman dg sel atau jaringan yg aktif yg dimasukkan dlm medium tabung kaca atau wadah tembus cahaya hingga dihasilkan bibit yg tdk terbatas dg tingkat keseragaman tinggi dan sifat induk menurun
CARA PEMINDAHAN BIBIT
1. Cara Cabutan
Sebelum dicabut pesemaian dibasahi
Dipilih bibit yang bagus,dicabut satu per satu dengan hati-hati, dijaga agar akar tidak putus
Bibit tersebut harus segera ditanam, jangan menunggu layu
Untuk mengurangi penguapan, sebelum ditanam biasanya dilakukan pengupiran daun
2. Cara Putaran
Tanaman beserta tanah yang melekat pada perakarannya digali
Dipindahkan ke polibag/keranjang bambu/pelepah pisang
Jika sudah kuat bisa segera ditanam di lapang
3. Cara Potongan
Bibit digali, kemudian sebagian dari batang dan akarnya dipotong, baru kemudian ditanam
Lebih mudah pada saat memindahkannya
kerusakan akar bisa dikurangi
mudah pengangkutannya
GAMBAR2
UMBI
RHIZOMA
STOLON
RUNDUKAN
CANGKOK
stek
okulasi
kultur jaringan
Tahapan perbanyakan dengan setek dijelaskan sebagai berikut:
1. Potong batang sepanjang 10-15 cm. Sisakan 2-3 helai daun untuk mengurangi penguapan. Gunakan pisau yang tajam dan steril agar tanaman tidak terinfeksi.
2. Setelah dipotong , kering anginkan batang ditempat yang teduh selama 1-2 jam agar luka bekas pemotongan kering. Bahan setek tersebut tidak boleh terkena air dan sinar matahari langsung.
3. Celupkan bagian yang terpotong dengan zat perangsang akar , lalu kering anginkan dengan selama 1-2 jam. Setelah itu , tancapkan batang setek pada media tanam sedalam 4-5 cm.
4. Siram air secukupnya secara merata. Selanjutnya , letakkan tanaman di tempat teduh dengan intensitas cahaya matahari rendah , sekitar 60-70%.
Setelah 6-7 hari , tanaman dapat dipindahkan ke lokasi yang lebih panas. Pada saat itu , tanaman mulai segar. Jika 12-14 hari kemudian tanaman belum mengeluarkan tunas dan batang terlihat kurus mk perbanyakan dengan setek dianggap gagal. Pekebun di Indonesia jarang menggunakan cara setek untuk memperbanyak tanaman karena relatif sulit dan membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan bonggol.
Mengenten atau Penyambungan (Grafting) serta Okulasi atau Penempelan Mata Tunas (Budding) merupakan teknik perbanyak tanaman yang dilakukan secara vegetatif. Selain kedua teknik ini masih ada teknik-teknik yang lain seperti Mencangkok (Air Layering) dan Perundukan Tanaman (Ground Layering). Pada teknik perbanyakan secara Grafting perlu disediakan bagian tanaman sebagai calon batang atas dan bagian tanaman sebagai calon batang bawah (dari tanaman sejenis). Umumnya calon batang atas adalah tanaman yang produksinya diutamakan sedangkan batang bawah adalah batang yang memiliki ketahanan terhadap faktor lingkungan seperti kekeringan dan lain sebagainya. Untuk penyambungan, calon batang bawah dipotong berbentuk huruf v sedangkan batang atasnya dipotong menyerong kiri-kanan agar dapat diselipkan secara tepat pada batang bawah. Setelah diselipkan secara tepat, sambungan ini lalu di ikat membentuk satu tanaman utuh. Tanaman sambungan dibiarkan hingga tumbuh menyatu dan siap untuk ditanam di lapangan. Pada teknik okulasi, mata tunas (mata tempel) harus diambil dari tanaman yang memiliki pertumbuhan yang baik, sehat serta cukup umur untuk diambil sebagai mata entres, mata tunas diambil dari cabang yang tumbuh keatas (tunas air), yang merupakan cabang-cabang muda dari bagian yang telah dewasa, sedangkan untuk batang bawah, umur batang bawah harus sama dengan umur cabang mata entres. Batang bawah berasal dari tanaman yang ditanam dari biji dan sebaiknya telah berumur 3-4 bulan, sedangkan batang atas diambil dari pohon yang berumur 1 bulan menjelang berbunga, atau dari cabang yang telah berumur 10 bulan. Mata tunas yang diambil adalah yang belum keluar mata tunasnya. Mata tunas sebagai calon bagian atas tanaman diambil dengan cara dipotong membentuk kubus (jangan sampai mata tunasnya rusak). Calon batang bawah juga dipotong (dikelupas/disayat kulitnya seukuran calon mata tunas) agar nantinya dapat ditempel secara tepat. Mata tunas kemudian ditempelkan secara tepat pada calon batang bawah lalu di ikat bagian atas dan bagian bawahnya sehingga air ataupun udara tidak dapat masuk. Setelah mata tunas tumbuh maka tanaman dapat dipindahkan ke lapangan. Jika terdapat percabangan pada bagian atas tanaman (diatas daerah penempelan) maka cabang tersebut dipotong sehingga yang berkembang adalah cabang atas hasil penempelan. Keuntungan dari mengenten ataupun okulasi diantaranya tanaman dapat berproduksi lebih cepat, hasil produksi dapat sesuai dengan keinginan tergantung batang atas yang digunakan. Sebagai contoh anda memiliki dua jenis rambutan, ada yang rasanya manis tetapi tidak tahan terhadap genangan air (akar membusuk) dan disisi lain ada rambutan yang masam namun tahan terhadap genangan air. Jenis ini dapat dipadukan, bagian atas tanaman dipilih yang rasanya manis dan bagian bawah dipilih yang tahan genangan air sehingga dapat dihasilkan rambutan
yang manis dan tahan pada daerah yang tergenang.
Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi yaitu :
- Dengan cara diokulasi dapat diperoleh tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi.
- Pertumbuhan tanaman yang seragam.
- Penyiapan benih relatif singkat.
- Pada musim gugur daun pada tanaman karet daun yang gugur dari satu klon agar serentak pada waktu tertentu, dengan demikian akan memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea bila terjadi.
Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi yaitu :
- terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres)
- perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini.
- Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
Syarat tanaman dapat diokulasi yaitu :
- tanaman tidak sedang Flush (sedang tumbuh daun baru)
- antara batang atas dan batang bawah harus memiliki umur yang sama.
- Tanaman harus masih dalam satu family atau satu genus.
- Umur tanaman antara batang atas dan batang bawah sama.
- Pada klon yang dijadikan batang bawah memiliki perakaran yang kuat/kokoh, tidak mudah terserang penyakit terutama penyakit akar, mimiliki biji/buah yang banyak yang nantinya disemai untuk dijadikan batang bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang biji/buahnya akan dijadikan benih untuk batang bawah minimal 15 tahun, memiliki pertumbuhan yang cepat.
- Pada klon yang akan dijadika batang atas atau entres tanaman harus memiliki produksi yang unggul, dan memiliki pertumbuhan yang cepat, dan tahan terhadap penyakit.
Macam-macam okulasi pada tanaman karet :
1. Okulasi Coklat (Brown Budding) merupakan okulasi dilaksanakan diperkebunan karet. Dengan batang bawah berumur 8-18 bulan diokulasi dengan entres umur 1-2 tahun, dengan garis tengah 2,5-4 cm. Warna kayu entres coklat, yang dipergunakan adalah mata prima yang berwarna coklat.
2. Okulasi Hijau (Green Budding) merupakan cara okulasi yang lazim dilaksanakan diperkebunan karet. Dengan batang bawah yang berumur 4-6 bulan diokulasi dengan entres yang berumur 3-4 bulan, garis tengah 0,5-1 cm, warna kayu entres hijau tua, yang dipergunakan adalah mata burung yang berwarna hijau.
3. Okulasi dini (Pro Green Budding) merupakan cara okulasi dengan batang bawah berumur 2-3 bulan, diokulasi dengan entres umur 3-4 minggu, garis tengah kurang dari 0,5 cm warna kayu entres hijau muda sampai hijau. Yang dipergunakan sebagai mata entres adalah mata sisik (csale bud.Teknik pengokulasian pada okulasi dini sama saja dengan yang dilakuka pada okulasi hijau. Hasi dari okulasi sama dengan yang dicapai okulasi hijau maupun okulsi coklat.
Teknik Mengokulasi :
1. Membuat Jendela OkulasiUkuran jendela disesuaikan dengan perisai dan besarnya batang bawah. Untuk batang bawah yang dibawah umur 5-6 bulan dapat ukuran jendela (¾ - 1) cm x (3 – 4) cm.Torehan membujur dapat dimulai daribawah atau dari atas. Jarak torehan terbawah lebih kurang 5 cm dari tanah. Torehan melintang dapat dari atas ataudari bawah. Jika diatas jendela akan terbuka kebawah atau juga sebaliknya.Sebelum ditoreh, batang dibersihkan dari kotoran atau tanah yang menempel akubat percikan air hujan.Setelah ditoreh akan keluar lateks, lateks ini dibiarkan membeku kemudian dibersihkan dengan kain sebelum jendela dibuka.
2. Mengambil Mata Okulasi
Mata okulasi diambil dari kayu okulssiyang sehat, segar dan mudah dikupas.Mata okulasi diambil bersama sedikit bagian kayu, bentuk perisai yang ukuranya sedikit lebih kecil dari ukuran jendela okulasi. Pengambilan mata okulsi yang terlalu kecil akan mengakibatkan pemulihan luka lambat.Untuk melepas bagian kayu, menariknya pelan-pelan supaya mata tetap menempel pada kulit.Pembuatan perisai harus bersih dan lapisan kambium jangan sampai terkena tangan atau kotoran.Perisai yang telah dibuat harus segera diselipkan ke jendela okulasi.
3. Menempel Mata Okulasi Dan Membalut
Setelah perisai disiapkan, jendela okulasi dibuka denga cara menarik bibir jendela okulasi.Perisai diselipkan dibawah jendela okulasi dan dijepit dengan ibu jari untuk memudahkan pembalutan. Dalam keadaan perisai terlalu kecil, diusahakan supaya tepi tepi bagian atas dan salah satu sisi perisai berimpit dengan jendela okulasi.Pembalutan dimulai dari torehan melintang digunakan plastik ukuran 2 x 0,02 cm dengan panjang 40 cm. Akhir ikatan sebaiknya dibawah. Pada waktu membalut jangan sampai perisai bergeser.
4. Pemeriksaan Hasil Okulasi
Pemeriksaan pertama dilakukan 2-3 minggu setelah okulasi dilaksanakan bersamaan dengan pembukaan pembalut.Okulasi yang gagal diberi tanda dengan mengikat tali pada batang bawah, hal ini dilakukan untuk memudahkan okulasi janda.Pemeriksaan ke dua dilakukan 10 – 15 hari dari pemeriksaan pertama. Cara pemeriksaan sama seperti pemeriksaan pertama
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
1) Pembuatan media
2) Inisiasi
3) Sterilisasi
4) Multiplikasi
5) Pengakaran
6) Aklimatisasi
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan usaha kultur jaringan ini. Saat ini sudah terdapat beberapa tanaman kehutanan yang dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, antara lain adalah: jati, sengon, akasia, dll.
Bibit hasil kultur jaringan yang ditanam di beberapa areal menunjukkan pertumbuhan yang baik, bahkan jati hasil kultur jaringan yang sering disebut dengan jati emas dapat dipanen dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan tanaman jati yang berasal dari benih generatif, terlepas dari kualitas kayunya yang belum teruji di Indonesia. Hal ini sangat menguntungkan pengusaha karena akan memperoleh hasil yang lebih cepat. Selain itu, dengan adanya pertumbuhan tanaman yang lebih cepat maka lahan-lahan yang kosong dapat c
KEUNTUNGAN PEMANFAATAN
KULTUR JARINGAN
¨ Pengadaan bibit tidak tergantung musim
¨ Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak
dengan waktu yang relatif lebih cepat (dari
satu mata tunas yang sudah respon dalam 1
tahun dapat dihasilkan minimal 10.000
planlet/bibit)
¨ Bibit yang dihasilkan seragam
¨ Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (meng
gunakan organ tertentu)
¨ Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah
dan mudah
¨ Dalam proses pembibitan bebas dari gang
guan hama, penyakit, dan deraan lingkungan
lainnya
KULTUR jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh
menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas).
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan
tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama
atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim
diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar