Sabtu, 26 Maret 2011

TUGAS TERSTRUKTUR
MANAJEMEN AGROEKOSISTEM
“ Pengelolaan Tanaman Paprika Hidroponik dalam Greenhouse”







Disusun oleh :
Nama : Anggi Indah Yuliana
NIM : 0810480121
Kelas : C



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010
I
PENDAHULUAN

Jumlah penduduk yang semakin bertambah menuntut tersedianya bahan pangan yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk untuk kelangsungan hidupnya. Salah satu bahan pangan yang menjadi kebutuhan penduduk adalah sayuran. Sayuran menjadi penting dalam kebutuhan pangan penduduk karena menjadi salah satu penyedia gizi berupa serat, vitamin, protein dan lain-lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Paprika merupakan salah satu sayuran yang memiliki prospek yang cerah. Peluang pasar luar dan dalam negeri masih terbuka lebar karena pasokan lebih kecil dibandingkan permintaan. Produksi dalam negeri masih terbatas, karena paprika merupakan tanaman yang memerlukan kondisi agroklimat dan terbatas pada daerah dataran tinggi. Walaupun bukan merupakan tanaman sayuran asli Indonesia, perubahan gaya hidup dan pola konsumsi penduduk (khususnya perkotaan) berupa menu sayuran permintaan terhadap paprika menunjukkan peningkatan. Paprika yang lebih dikenal dengan nama cabai manis ini banyak ditemukan di pasar swalayan, dan juga di pasar tradisional di daerah perkotaan.
Paprika adalah tanaman subtropis sehingga akan lebih cocok ditanam pada daerah dengan ketinggian di atas 750 m dpl (di atas permukaan laut). Di Indonesia, tanaman ini banyak diusahakan di daerah seperti Brastagi, Lembang, Cipanas, Bandung, Dieng, dan Purwokerto. Walaupun jika dibandingkan dengan permintaan jenis cabai yang lain, permintaan paprika lebih kecil, luas penanaman paprika terus berkembang seiring dengan permintaan pasar yang terus meningkat.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi paprika adalah melalui intensifikasi dan teknologi penanaman. Teknik budidaya secara hidroponik merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi pada kondisi lahan yang semakin sempit sebagai akibat dari konversi lahan pertanian untuk kawasan industri dan pemukiman. Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari teknik budidaya hidroponik antara lain adalah pertumbuhan tanaman dapat lebih dikontrol, produksi tidak tergantung musim, dan harga jual komoditi lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual komoditi yang dibudidayakan secara tradisional di tanah. Teknik budidaya secara hidroponik memiliki banyak keuntungan, namun di sisi lain budidaya secara hidroponik memerlukan modal yang besar serta pengetahuan dan ketrampilan khusus dalam pelaksanaannya.

II
PENGELOLAAN TANAMAN PAPRIKA
2.1 Syarat Tumbuh Tanaman
Lokasi budidaya paprika sebaiknya dipilih di daerah yang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman ini, yaitu : ketinggian 750 - 1.500 m dpl, suhu harian antara 16 - 25oC, pH tanah 5,5 - 6,5, dan kelembaban udara 80 - 90%. Kesesuaian tempat tumbuh paprika sangat penting mengingat paprika bukan tanaman asli Indonesia tetapi dari Meksiko, Peru dan Bolivia dan sangat responsif terhadap faktor suhu, cahaya matahari, pH tanah, kelembaban udara dan air.
2.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan
Untuk membudidayakan paprika dibutuhkan fasilitas dan peralatan produksi seperti : lahan, greenhouse, peralatan irigasi dan peralatan pemeliharaan. Lahan yang dipilih untuk usaha budidaya paprika sebaiknya memiliki topografi yang datar. Lahan yang datar akan memberikan penerimaan cahaya matahari yang merata pada seluruh tanaman. Selain itu lahan yang datar memudahkan dalam pemeliharaan tanaman.
Greenhouse tempat penanaman paprika menggunakan konstruksi dari bambu. Bagian atap greenhouse terbuat dari bahan plastik UV. Plastik UV ini berfungsi untuk mengatur cahaya yang masuk ke dalam greenhouse. Bagian dinding bangunan greenhouse menggunakan plastik UV dan kasa polynet. Kasa polynet berfungsi sebagai saringan udara dan tempat terjadinya pertukaran udara di dalam greenhouse dengan udara luar greenhouse.


Gambar 1. Bentuk dan Bahan Atap dan Dinding Greenhouse

2.3 Teknologi Budidaya
Budidaya paprika dapat dilakukan dengan cara konvensional (lahan terbuka) dan di dalam greenhouse. Perbedaan cara budidaya paprika tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Perbedaan Budidaya Paprika Konvensional (Lahan Terbuka) dan Greeenhouse

Budidaya paprika pada pertanian konvensional sangat tergantung pada kondisi alam yang menentukan ketersediaan air, cahaya matahari, angin, temperatur dan hama dan penyakit. Penggunaan greenhouse sebagai tempat pertanaman memungkinkan usaha budidaya paprika ini dilaksanakan sepanjang tahun selama ketersediaan air terjaga. Pemupukan dengan cara fertigasi (mencampur pupuk dan air penyiraman) dalam sistem hidroponik meningkatkan efisiensi tenaga kerja dan waktu. Efisiensi ini dimungkinkan karena dengan irigasi tetes pemberian pupuk dan air dilakukan pada waktu yang bersamaan untuk seluruh tanaman paprika.

Gambar 2. Penanaman paprika dalam greenhouse

2.4 Pengelolaan Tanaman Paprika dalam Greenhouse
2.4.1 Persiapan Greenhouse
Persiapan greenhouse meliputi sanitasi dan sterilisasi. Sanitasi dilakukan dengan membuang sisa tanaman yang masih ada didalam greenhouse. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinanpenularan penyakit dan hama yang ada pada sisa tanaman itu. Sterilisasi greenhouse dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti Lysol dan Formalin untuk membunuh bibit penyakit yang dapat menyerang tanaman paprika. Untuk musim tanam berikutnya, dilakukan penggantian plastic mulsa greenhouse yang berfungsi untuk menjaga kelembaban daerah sekitar perakaran tanaman paprika.

Gambar 3. Proses sterilisasi greenhouse
2.4.2 Pembibitan
Benih paprika sebelum ditanam di dalam greenhouse disemai dahulu agar lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan tanam nanti. Teknis pembibitan paprika adalah sebagai berikut:
• Benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat kuku selama 30 menit.
• Media tanam berupa arang sekam atau rockwool dibasahi dengan air bersih dan dipastikan agar media basah sampai merata dan dibiarkan sesaat agar air siraman yang berlebihan menetes.
• Apabila menggunakan media Rockwool, dibuat lubang kecil pada Rockwool dan apabila menggunakan arang sekam dibuat garitan kecil yang saling berpotongan pada sekam dengan jarak + 2 x 2 cm.
• Benih diletakkan satu persatu pada setiap lubang dengan posisi calon lembaga (titik tumbuh) menghadap ke bawah ± 0,5 cm dengan menggunakan pinset, setelah semua benih disemai kemudian tutup dengan plastik mulsa.
• Benih-benih tersebut ditaruh dilemari semai (germnation chamber) dengan suhu optimal 20-25 ºC dan RH 70%-90%. Suhu dan RH dapat diatur dengan cara memasang lampu jika suhu rendah dan jika kelembaban rendah semprotkan air ke dalam lemari semai dengan menggunakan hand sprayer.
• Benih akan berkecambah dalam waktu ± 7 hari, plastik mulsa dibuka kemudian bibit dipindahkan ke tempat yang ada sinar dengan tetap menjaga suhu dan kelembaban.
• Bibit dengan kotiledon tumbuh sempurna, dipindahkan ke polybag 15 x 15 cm yang telah dibasahi dengan larutan nutrisi dengan EC 1,5 mS/cm dan pH 5,5.
• Pemeliharaan di persemaian/pembibitan meliputi penyiraman 1-2 kali sehari (tergantung cuaca, fase pertumbuhan bibit, dan media yang digunakan), pengendalian hama dan penyakit selama di nursery misalnya Trips, Mite, Leaf miner, rebah kecambah dll) dan yang tak kalah pentingnya adalah pengaturan kembali jarak antar tanam agar daun tanaman tidak saling menutupi.
• Bibit siap ditanam ke greenhouse produksi setelah berumur ± 21-30 hari di polybag atau sudah berdaun ± 5 helai.

Gambar 4. Persemaian bibit paprika
2.4.3 Penanaman
Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit yang telah berumur + 21-30 hari pada media tanam yang lebih besar yang telah disusun di dalam greenhouse. Media yang digunakan untuk penanaman ini adalah arang sekam. Pemindahan tanaman dilakukan dengan cara :
• Bibit diletakkan di sisi polybag untuk penyesuaian cuaca.
• Media tanam disiram sampai basah dengan larutan hara sebanyak 2 liter.
• Regulating stick dicabut dan dikeluarkan dari media.
• Bagian tengah media dilubangi dan tambahkan karbofuram 1 g/polybag.
• Bibit disiram dan dikeluarkan beserta medianya dengan cara membalikkan polybag bibit sambil menyangga bibit dengan tangan.
• Bibit dimasukkan ke lubang tanam, dan media dirapatkan di sekitar batang.
• Regulating stick dipasang kembali.

Gambar 5. Penanaman benih paprika
2.4.4. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman paprika meliputi pemupukan, pengajiran, pemangkasan, penjarangan buah, dan pengendalian hama dan penyakit.

Gambar 6. Pemeliharaan tanaman paprika
Pemupukan dilakukan bersamaan dengan penyiraman/irigasi. Pupuk dilarutkan dalam air kemudian ditampung di dalam tangki air untuk irigasi tetes. Frekuensi pemberian pupuk ini tergantung pada kondisi cuaca dan umur tanaman. Pada kondisi cuaca panas, pemberian pupuk dilakukan lebih sering untuk menjaga supaya tanaman tidak layu. Waktu pemberian pupuk dilakukan pada pukul 8:00, 10:00, 12:00, 14:00, dan 16:00 dengan lama tiap pemberian selama 2 menit.
Terdapat 2 sistem irigasi pada hidroponik paprika. Sistem irigasi pertama menggunakan metode penyiraman tanaman satu per satu menggunakan selang. Sistem irigasi kedua menggunakan irigasi tetes dimana pada masing-masing polybag tanaman dipasang pipa kecil yang terhubung dengan tangki penyimpanan air. Dengan irigasi tetes penyiraman tanaman dilakukan sekaligus pada seluruh tanaman pada waktu yang bersamaan. Skema irigasi tetes dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai berikut.

Gambar 7. Skema Irigasi Tetes pada Sistem Hidroponik
Pada tanaman yang masih muda larutan pupuk diberikan sebanyak 0,5 liter per pohon dan pada tanaman dewasa diberikan sebanyak 1,2 liter per pohon. Salah satu sistem irigasi yang digunakan petani paprika di Kabupaten Bandung menggunakan sistem irigasi tetes. Pada sistem irigasi tetes ini, selain seluruh polybag tanaman mendapat penyiraman yang bersamaan, volume penyiraman lebih terkontrol sehingga lebih efisien dalam hal waktu dan volume penyiraman.
Pengajiran dilakukan dengan melilitkan benang pada tanaman paprika untuk menopang tanaman paprika. Dengan penopangan tanaman akan diperoleh bentuk tanaman yang sesuai dengan kegiatan produksi secara maksimal, terutama dalam efisiensi lahan. Pengajiran dilakukan pada tanaman yang berumur 2 minggu setelah tanam.

Gambar 8. Pengajiran
Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tanaman sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman maksimal. Pemangkasan ini meliputi pemangkasan cabang dan tunas (pewiwilan), pemangkasan daun dan pemangkasan bunga.
• Pemilihan cabang produksi ini dimaksudkan mengefesienkan translokasi hasil fotosintesis dari daun menuju buah dan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman agar mampu berproduksi dengan baik. Di dalam pemilihan cabang produksi sebaiknya mempunyai kriteria, antara lain :
o kondisi cabang lebih baik dan sehat daripada cabang lain yang tumbuh.
o jarak antar cabang berjauhan dan menghadap keluar.
o ukuran atau besarnya cabang seimbang.
o mempunyai vigor yang baik.
o bebas dari penyakit.
Pemangkasan cabang dan tunas dilakukan dengan mengatur dan mengurangi cabang dan tunas di ketiak daun sehingga hanya ada 2 cabang utama. Pemangkasan ini dilakukan sampai bunga yang dipelihara tumbuh dan mekar.
• Pemangkasan daun dilakukan dengan membuang semua daun pada batang utama, daun yang tua dan sakit serta daun yang terlalu rimbun. Selain daun tersebut tidak bermanfaat, juga akan menyerap energi hasil asimilasi tanaman itu sendiri.
• Pemangkasan bunga dilakukan sampai tanaman berusia 4 minggu setelah tanam. Bunga yang muncul sebelum 4 minggu setelah tanam dibuang. Dari satu ketiak daun sebaiknya hanya dipelihara 1 bunga agar buah yang dihasilkan besar dan berkualitas.

Gambar 9. Hasil pemangkasan pada tanaman paprika
Salah satu kendala dalam pertanian yang menggunakan sistem monokultur adalah penyebaran penyakit dan hama yang sangat cepat jika tidak segera ditangani. Untuk mencegah penyebaran penyakit dan hama, dilakukan tindakan seperti pengamatan dini pada serangan hama dan penyakit, membuang dan membakar tanaman yang terkena serangan dan apabila serangan penyakit dan hama sudah melebihi ambang ekonomi, pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan pestisida.
2.4. 5. Pemanenan
Dalam pemanenan perlu diperhatikan beberapa hal seperti waktu dan cara pemanenan. Berdasarkan waktu, pemanenan dibagi menjadi 2, yaitu panen buah matang hijau dan panen buah matang berwarna (merah, kuning, orange).
Penggolongan ini disesuaikan dengan permintaan pasar dan harga jual. Pada saat pemetikan harus diusahakan agar tidak merusak ranting atau tanaman yang masih muda. Buah paprika sebaiknya dipanen beserta tangkai buahnya dengan menggunakan gunting atau pisau tajam. Diusahakan agar tangkai buah tidak terlepas dari buah atau tertinggal di cabang tanaman karena buah akan mudah terserang patogen.

Gambar 10. Pemanenan tanaman paprika

2.5 Aspek Ekonomi, Sosial dan Dampak Lingkungan
Dilihat dari aspek ekonomi dan sosial, usaha budidaya paprika memiliki dampak yang positif. Banyak pihak yang memperoleh manfaat dari usaha ini, diantaranya masyarakat setempat dan pengusaha sendiri. Pihak-pihak yang terkait tersebut dapat memperoleh kenaikan penghasilan dari usaha tersebut. Dampak lain selain kenaikan pendapatan adalah bahwa usaha budidaya paprika mampu menyerap tenaga kerja. Tenaga kerja budidaya paprika diperoleh dari masyarakat sekitar sehingga secara langsung mengurangi pengangguran.
Usaha budidaya paprika ini menghasilkan limbah padat yang berupa arang sekam bekas media tanam dan sisa tanaman pada akhir musim. Limbah arang sekam bekas media tanam dapat dijual kepada pengusaha tanaman hias sehingga dapat memberikan masukan tambahan. Penanganan limbah sisa tanaman dilakukan dengan dibakar di dalam greenhouse yang dimaksudkan untuk memutuskan siklus hidup hama dan penyakit yang menyerang pada saat masa produksi sehingga tidak menyebar ke pertanaman lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada limbah dari usaha budidaya paprika ini yang merugikan lingkungan sekitar usaha

III
KESIMPULAN

o Paprika merupakan salah satu sayuran yang memiliki prospek yang cerah. Peluang pasar luar dan dalam negeri masih terbuka lebar karena pasokan lebih kecil dibandingkan permintaan.
o Untuk membudidayakan paprika dibutuhkan fasilitas dan peralatan produksi seperti : lahan, greenhouse, peralatan irigasi dan peralatan pemeliharaan.
o Penggunaan greenhouse sebagai tempat pertanaman memungkinkan usaha budidaya paprika ini dilaksanakan sepanjang tahun selama ketersediaan air terjaga. Pemupukan dengan cara fertigasi (mencampur pupuk dan air penyiraman) dalam sistem hidroponik meningkatkan efisiensi tenaga kerja dan waktu.
o Persiapan greenhouse meliputi sanitasi dan sterilisasi.
o Benih paprika sebelum ditanam di dalam greenhouse disemai dahulu, selanjutnya penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit yang telah berumur + 21-30 hari pada media tanam yang lebih besar yang telah disusun di dalam greenhouse.
o Pemupukan dilakukan bersamaan dengan penyiramaan/irigasi. Terdapat 2 sistem irigasi pada hidroponik paprika. Sistem irigasi pertama menggunakan metode penyiraman tanaman satu per satu menggunakan selang. Sistem irigasi kedua menggunakan irigasi tetes dimana pada masing-masing polybag tanaman dipasang pipa kecil yang terhubung dengan tangki penyimpanan air.
o Pengajiran dilakukan dengan melilitkan benang pada tanaman paprika untuk menopang tanaman paprika.
o Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tanaman sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman maksimal.
o Untuk mencegah penyebaran penyakit dan hama, dilakukan tindakan seperti pengamatan dini pada serangan hama dan penyakit, membuang dan membakar tanaman yang terkena serangan
o Dilihat dari aspek ekonomi dan sosial,serta memperhatikan dampak lingkungan dapat disimpulkan usaha budidaya paprika dalam greenhouse memiliki dampak yang positif.


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2010. http://ediskoe.blogspot.com/2008/02/pemeliharaan-tanaman-paprika.html. diakses tanggal 16 Mei 2010
Anonymous. 2010. http://mizanfarm.wordpress.com/2008/03/13/. diakses tanggal 16 Mei 2010
Anonymous. 2010. http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=90301&idrb=40302. diakses tanggal 16 Mei 2010
Anonymous. 2010. http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=90315&idrb=40302. diakses tanggal 16 Mei 2010
Anonymous. 2010. http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=90311&idrb=40302. diakses tanggal 16 Mei 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar